Ekbis

Pakde Karwo Paparkan Ekonomi Jatim ke AFEBI

Baca Juga : Ketika Asa Petani Rumput Laut di Sumenep Masih Tersekat

Portaltiga.com Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo, S.H, M.Hum memberikan paparan sekaligus membuka Kongres VI AFEBI (Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia) di Hotel Sheraton Surabaya pada Kamis (25/10/2018). Pakde Karwo menyampaikan penjelasan tentang kondisi dan tantangan perekonomian di Jawa Timur ke depan. Dalam kesempatan Itu pula Pakde Karwo memberikan rekomendasi bagi penyelengara pendidikan ekonomi di Indonesia. Khususnya kepada AFEBI untuk membuat kurikulum pendidikan yang responsif terhadap perubahan sosial terkini. Karena, menurutnya, saat ini ada beberapa tantangan yang terus mengintai. Persiapan sikap adaptif bagi anak didik menjadi hal yang sangat penting. Tantangan yang kita hadapi sekarang antara lain soal mekanisasi, tenaga air, dan tenaga uap, tantangan lainnya adalah soal produksi masal dan elektrifikasi. Termasuk soal komputer dan automasi serta cyber phsycal-system," terang Pakde Karwo, kamis (26/10/2018). Saat ini, kehadiran perkembangan teknologi yang pesat menjadi dua mata pisau yang sama-sama tajam. Antara peluang dan ancaman ke depan. Karena itu, universitas terutama fakultas perlu saat ini menanamkan sikap inovatif dan adaptif terhadap kondisi sosial ke depan. Terutama membangun jiwa-jiwa industri, sebutnya. Entrepreneurship bisa menjadi kunci kemajuan ekonomi sebuah negara. Namun, saat ini yang menjadi masalah bersama bagi bangsa Indonesia adalah culture. Pakde Karwo menyebutkan, banyak masyarakat Indonesia yang memiliki keinginan untuk menjadi seorang entrepreneurship. Tetapi yang terjadi, entrepreneurship itu masih berada pada keinginan. Artinya, entrepreneurship belum terealisasi dengan baik. Jika sikap-sikap semacam ini bertahan, kita bakal akan terus menjadi pasar bagi produk-produk asing, oleh karena itu kita harus sudah beralih pada konsep entrepreneurship untuk industri. Kita mesti menarget mampu menguasai pasar Asia, tambahnya. Pendidikan menjadi kunci untuk memupuk jiwa-jiwa petarung ke depan. Jiwa-jiwa yang mampu menghadapi tantangan-tantangan yang lebih berat ke depan. Mahasiswa mesti dididik untuk sudah memiliki konsep bagaimana perekonomian sepuluh tahun ke depan. Termasuk memiliki etos kerja entrepreneurship bukan hanya mampu sebagi pegawai. Tapi juga mampu secara pengelolaan dan manajemennya, skala lebih luas. Dalam kesempatan yang sama, Rektor UNAIR Prof. Muhammad Nasih dalam sambutannya sangat mengapresiasi pelaksanaan Kongres VI AFEBI. Khususnya FEB UNAIR sebagai penitia pelaksana. Prof. Nasih menyebutkan bahwa FEB menjadi penyumbang jumlah mahasiswa terbesar di beberapa universitas. Seperti halnya di UNAIR, jumlahnya mencapai 20 persen. Hal itu, menurut dia, FEB memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan universitas. Yang pada akhirnya juga bakal berpengaruh pada kemajuan sebuah negara. Jika kita mampu mengelola sekaligus memberikan pendidikan yang baik, maka universitas akan menjadi baik, pun dengan negara atas kesuksesan para lulusan kita. Begitupun sebaliknya, jika salah, juga menjadi masalah. Karena itu, atas perubahan sosial masyarakat saat ini yang penuh kejutan, diperlukan mahasiswa-mahasiswa yang kreatif. Artinya, mahasiswa yang memiliki jiwa-jiwa responsive terhadap kondisi sosial yang terus berubah," ucapnya. Kongres AFEBI adalah ajang pertemuan dekan-dekan fakultas ekonomi se-Indonesia. Kali ini Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga menjadi panitia penyelengara kongres. (doy/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait