Umum

Nostalgia Kaset Dan Cara Repro Mandiri

Baca Juga : Merdeka Bermusik, Eksistensi Bermusik Era Era 1945-1998

Portaltiga.com - Generasi 90an pasti tidak asing dengan format kaset, mendengarkan band favorit macam Dewa 19, Sheila on 7, Padi atau Slank kala itu jadi panutan. Media kaset ini bertahan pada tahun 2000 dan digeser MP3 dan MP4 atau CD. Sebenarnya populasi kaset tidaklah hilang begitu saja tapi dikalangan musisi Indie masih populer, termasuk di Surabaya sendiri. Ini dibuktikan House of Sampoerna(HOS) mengundang label indie Surabaya yaitu Agogo Record untuk bernostalgia akan kaset dalam Workshop Rilis Album Format Kaset di Function Hall HOS pada Sabtu (27/4/2019). Kaset tidak sepenuh mati, menurut Yanuar Achbar  dari Agogo Record bahwa dikalangan band indie lebih cenderung memakai kaset karena dalam proses produksi lebih murah dan quantity bisa minimal. "Kaset sendiri lebih tahan lama bisa sampai 20 tahun lebih, kecuali tidak terkena jamur akut saja," tambah Ryanka dari band indie Mooikite. Ditambahkan Ryanka sendiri, kaset jadi alternatif band yang baru rilis atau tidak terkenal tapi ingin memproduksi album sendiri. Memang populasi kaset cenderung langka, jika tidak mendapatkan stok kaset yang fresh baru yang harga di pasaran mulai 5 ribu sampai 20 ribu, menurut Ryanka bisa memakai kaset repro bekas yang bisa didapat di pasar loak. "Sistemnya ditindas saja, kualitasnya juga sudah ok," tambahnya. Workshop yang di adakan HOS ini ingin melestarikan keberadaan album kaset serta cara memproduksi secara mandiri. "Produksinya mudah sekali, alat utamanya hanya tape deck, " ujar Fajro dari band indie Tuan Tanah. Tape Deck inilah yang mentransfer musik dari berbagai format digital untuk kembali ke analog. Mulai dari MP3,MP4, flash disk, laptop, smartphone atau cd. Musik repro ini memiliki kualitas yang apik dan sesuai aslinya.(fey/fey)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait