Umum

Sosialisasi Kurang, Banyak Warga Tolak Sekolah Jadi Tempat Isoman

Baca Juga : DPRD Sahkan APBD Surabaya Tahun 2025 Rp.12,3 Triliun

Portaltiga.com - Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menjadikan gedung sekolah sebagai tempat isolasi pasien yang terpapar Covid-19, ditentang masyarakat. Seperti di wilayah Barata Jaya. Warga melakukan aksi protes di depan SDN Barata Jaya yang menolak SDN Barata Jaya dijadikan tempat isolasi mandiri (Isoman). Imam Setiono, Ketua RT 01/RW 05 Barata Jaya mengatakan rencana Pemkot Surabaya ini dapat menyebabkan warga sekitar sekolah berpotensi terpapar Covid-19 dan terbilang kurang sosialisasi. Kalau SDN Barata Jaya dijadikan tempat isolasi, maka warga berisiko tertular COVID-19. Saya saja baru diberi kabar dari warga, kemudian ada pihak kecamatan yang datang. Juga tidak ada sosialisasi ke warga dari pihak kecamataan akan rencana tersebut, ungkapnya, Jumat (23/07/2021). Selain itu, warga menolak gedung SD Barata Jaya dijadikan tempat isolasi, karena lokasi SD Barata Jaya berada di dekat pemukiman warga. Lokasinya menjorok ke perkampungan. Di sini banyak warga lansia dan anak-anak, tandasnya, Untuk itu, ia pun telah menyampaikan keberatan warga kepada pihak kelurahan dan kecamatan. Jawaban mereka, aspirasi sudah ditampung dan akan disampaikan ke atasan mereka, pungkasnya. Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Hari Santosa menilai langkah yang diambil Pemkot untuk menjadikan gedung sekolah sebagai tempat isoman perlu sosialisasi yang jelas dan transparan. "Sosialisasinya harus jelas bahwa kenapa sekolah itu diperuntukkan, terus kenapa sekolah itu dibutuhkan, bagaimana nanti teknisnya, karena kan masyarakat juga pasti khawatir kalau berdampingan di wilayah rumah masyarakat," jelasnya saat dihubungi, Jumat (23/07/2021). Hari juga mneyinggung, bahwa Pemkot Surabaya perlu melakukan sterilisasi dan memilih lokasi sekolah yang tidak dekat dengan pemukiman warga dan penggunaannya diperuntukkan kepada warga di sekitar sekolah tersebut berada. Khususnya yang sedang menjalani isoman. "Mungkin sosialisasinya kurang transparan jadi ketika sekolah itu nanti digunakan, itu nanti yang ditempatkan disitu siapa, apa warga kelurahan lain boleh? itu harus jelas dulu," ungkap politisi asal partai Nasdem itu. Selain itu, Hari juga mengatakan bahwa untuk menjamin warga yang sedang isoman, fasilitas pendukung juga perlu dipersiapkan Pemkot dengan matang. "Bagaimana pengawasan terhadap orang-orang yang isoman disana, bagaimana perawatannya, harus standart dengan di rumah sakit lain, kalau hanya untuk tidur saja ya percuma, jadi perawatan harus standart, ruangan juga harus standart harus benar-benar ruangan ini disterilkan, sehingga kemungkinan besar masyarakat akan menerima," urainya. Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi baru-baru ini mengambil langkah menyiapkan tempat isolasi mandiri (isoman) bagi pasien Covid-19 yang akan tersebar di 154 Kelurahan dengan menggunakan gedung sekolah. "Di setiap ruangannya juga sudah ada ventilasi maupun AC nya. Sementara ini kita kirim 30 bed per kelurahan, tapi kita lihat dan pantau lagi berapa jumlah kasus di setiap kelurahan, kita sesuaikan," jelasnya, Rabu (21/07/2021). Untuk diketahui, dari pantauan media ini, penolakan sekolah sebagai tempat isoman pasien positif Covid-19 juga dilakukan warga RT 3 Kencanasari, Dukuh Pakis dan warga Gubeng Jaya Surabaya.  (tea/tea)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait