Portaltiga.com - Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag Surabaya) baru saja menerima hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi untuk melaksanakan Program Pembinaan Industri Rumah Tangga dan Usaha Mikro (IRT-UM) 2024.
Hibah ini tidak hanya sekadar bantuan peralatan, tetapi juga membawa harapan baru bagi banyak usaha mikro yang selama ini berjuang untuk bertahan di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.
Bagi sebagian pelaku usaha mikro, ini adalah titik balik yang sangat diharapkan. Program ini memberikan kesempatan untuk bertransformasi, dari usaha rumahan dengan modal terbatas, menuju pemain yang lebih kuat dan siap menghadapi pasar yang lebih luas.
Namun, di balik manfaat yang jelas, juga terdapat sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan agar bantuan ini dapat memberikan dampak yang maksimal dalam jangka panjang.
Langkah Transformasi bagi Usaha Mikro
Bagi Mahshunah, pemilik Bakso A3 yang berlokasi di Desa Domas, Kabupaten Gresik, bantuan ini adalah solusi konkret untuk memperbesar usaha yang telah digelutinya selama bertahun-tahun. Bakso A3, yang memproduksi bakso frozen, selama ini terbatas dalam hal kapasitas produksi dan kualitas produk.
Dengan bantuan mesin pengolahan dan peralatan modern seperti mesin pencetak bakso dan vacuum sealer, Mahshunah merasa kini mereka dapat melayani permintaan pasar yang terus berkembang.
“Ini bukan sekadar alat, ini adalah investasi yang akan memperbesar skala usaha kami. Sejak pertama kali kami mendapatkan bantuan, kami sudah merasakan perubahannya. Proses produksi jadi lebih cepat, hasilnya pun lebih konsisten. Harapannya, kami bisa memperluas pasar dan menciptakan lapangan kerja lebih banyak,” ujar Mahshunah dalam siaran pers, Sabtu (14/12/2024).
Namun, Mahshunah juga menyadari bahwa peralatan saja tidak cukup. Pendampingan manajerial dan pelatihan pemasaran adalah kunci agar usaha mereka bisa bertahan dan berkembang lebih jauh.
“Kami butuh pendampingan lebih lanjut, bukan hanya dalam hal produksi, tetapi juga dalam pemasaran dan pengelolaan keuangan yang lebih profesional,” tambahnya.
Pemberdayaan Berbasis Keterampilan
Srinah, pemilik Pia Mahen di Porong, Kabupaten Pasuruan, mengungkapkan hal serupa. Pia Mahen, yang memproduksi pia khas Porong, telah menerima bantuan berupa mesin pengaduk dan dehydrator. Peralatan ini diharapkan dapat mempercepat proses produksi dan menjaga konsistensi kualitas produk.
Baca Juga : Universitas Ciputra Surabaya Kembali Dipercaya Tangani Program Wirausaha Merdeka 2024
Namun, ia juga menyebutkan bahwa keterampilan manajerial dan akses ke pasar yang lebih luas tetap menjadi tantangan terbesar.
“Saya sudah merasakan manfaatnya dalam hal kualitas produk dan pengemasan, tetapi untuk bersaing di pasar yang lebih besar, kami membutuhkan pengetahuan lebih dalam hal digital marketing dan branding. Kami berharap Untag Surabaya bisa memberikan dukungan lebih pada aspek ini,” kata Srinah.
Meskipun bantuan ini menjadi pintu masuk menuju pertumbuhan, digitalisasi dan akses pasar yang lebih besar adalah tantangan yang harus segera diatasi agar usaha mikro ini dapat mencapai potensi penuhnya.
Tantangan yang Belum Selesai
Bagi Agen Kupang Merah Putih Sutoaji di Kabupaten Sidoarjo, masalah utama adalah distribusi dan jangkauan pasar. Produk mereka, yang berupa kupang merah dan krupuk kupang, sangat tergantung pada pemasaran offline yang terbatas.
Baca Juga : PKL "Jalur Gaza" Rayakan HUT RI Ke-79, Pekik Merdeka Mambahana
Walaupun hibah ini membantu mereka dalam hal peralatan pengemas dan peralatan produksi, akses pasar yang lebih luas masih menjadi tantangan besar.
“Peralatan yang kami terima sangat membantu dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi, tapi kami masih kesulitan menjangkau pasar yang lebih luas. Untuk itu, kami berharap ada pelatihan lebih lanjut dalam hal pemasaran digital dan strategi branding,” ujar Muslimah, pemilik usaba.
Ciptakan Ekosistem yang Mendukung
Program IRT-UM tidak hanya fokus pada pemberian alat, tetapi lebih kepada penciptaan ekosistem pendukung yang dapat mempercepat proses transformasi usaha mikro.
Ketua Pelaksana Program, Dr. Achmad Yanu Alif Fianto, menegaskan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada bantuan peralatan, tetapi juga pada pendampingan berkelanjutan dalam hal pengelolaan usaha, pemasaran, dan pengelolaan keuangan.
“Peralatan adalah hal pertama yang kami bantu, tetapi keberlanjutan dari program ini sangat bergantung pada pendampingan intensif yang kami berikan. Kami tidak ingin usaha-usaha ini hanya berkembang dalam jangka pendek, tetapi juga bisa bertahan dan berkembang secara berkelanjutan,” ujar Achmad.
Menurutnya, untuk menciptakan usaha mikro yang mandiri dan berdaya saing, diperlukan perubahan mindset dari sekadar usaha kecil menjadi usaha profesional yang siap untuk berekspansi dan berinovasi.
Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.