Advertorial

Ini Seniman Wire Sclupture Pembuat Piala Dies Natalis Unair ke-63

Portaltiga.com - Siapa sangka pria sederhana ini adalah seorang seniman wire sclupture. Dengan rambut gondrong, dia lebih layak disangka preman pasar. Padahal, pria berbadan dempal ini adalah pembuat piala Dies Natalis Universitas Airlangga ke-63. Tapi sebelum mengenal lebih jauh sosok ini, pernahkah mendengar seni kerajinan wire sclupture? Tentunya nama yang sangat asing. Wire sclupture adalah kerajinan perhiasan atau patung di dinasti ke-2 Mesir, dan di abad 20 Alexader Alder dan Ruth Asawa, yang mengembangkannya menjadi benda berseni tinggi. Nah, sosok sangar tapi kalem ini bernama asli Choiruman. Mahasiswa semester akhir Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya. Ia menekuni seni kerajinan wire sculpture berwal dari ketidaksengajaan di tahun 2013. "Awal ketertarikan saya membuat wire sclupture ini karena tidak sengaja. Waktu itu saya kebingungan untuk memberi kado sahabat karib saya namun tak ada uang. Melihat di sekre Teater Gapus ada banyak kawat kuningan, saya terdorong untuk mencoba membuat sesuatu yang saya harap menjadi benda yang spesial. Akhirnya jadilah instalasi pohon mini dari kawat kuningan yang akhirnya saya berikan ke sahabat saya," ujar pria asal Bakauheni Lampung Selatan ini, Ahad (15/10/2017). Kini, pria yang biasa disapa Sukir, telah mencipta bermacam karya. Mulai dari bentuk pohon yang sederhana, miniatur hewan-hewan kecil, dan patung surealis. Berkat keahliannya itu, Sukir semakin terkenal sebagai seniman wire sclupture. Hingga akhirnya datang kejutan. Dia mendapat kepercayaan untuk membuat piala dengan bentuk patung dan simbol nada trible clave dengan bahan kawat alumunium untuk acara Dies Natalis Universitas Airlangga yang ke-63 pada bulan November nanti. Sukir sendiri merasa grogi dan bangga saat didatangi oleh salah satu dosen yang menjadi panitia acara Dies Natalis Unair. "Jujur pertama saya ndredeg. Tidak percaya saat saya didatangi dan diminta membuat piala Dies Natalis dengan konsep wire sclupture. Yang membuat saya berfikir untuk menerima pesanan ini karena tawaran ini merupakan kesempatan saya untuk berkarya dan memberikan yang terbaik untuk almamater," ungkap dia. Dalam pengerjaan piala ini, ia mengaku menemui beberapa kendala. "Sebenernya ada beberapa kendala pada saat proses. Mencari bahan yang sesuai, berkali-kali harus membongkar ulang dalam proses pembuatannya karena mencari bentuk yang pas," lanjut Sukir. Sukir mengaku membatasi pesanan karena menjaga kualitas dan kepercayaan pelanggan karena sepenuhnya pengerjaan dikerjakan dengan tangannya sendiri. Ia mematok harga Rp30.000 untuk ukuran kecil dan Rp300.000 untuk ukuran yang besar. Konsumen yang membeli karyanya berasal dari seputar Jawa Timur. Ia bersyukur berkat menekuni seni wire sclupture, bisa mendapat penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya di Surabaya. "Alhamdulillah, hasilnya buat saya cukup lah, yang penting bisa beli makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari," pungkas dia.(doy/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait