Umum

Pilkada Jatim 2018, Hadi Prasetyo Pilih Wait And See

Portaltiga.com - Disebut-sebut layak menjadi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jatim, mantan Asisten II Sekdaprov Jatim, Hadi Prasetyo tidak terlalu ngoyo untuk ikut bertarung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jatim 2018. Dia lebih memilih menunggu perkembangan politik seperti apa di Jatim hingga akhir tahun 2017. "Terimakasih kepada sejumlah elemen masyarakat yang mendukung agar saya ikut maju di pilkada Jatim 2018. Tapi, saya masih wait and see, seperti apa dinamika politik ke depan," katanya kepada wartawan di Resto Makan Time, Surabaya, Jumat (28/7). Dukungan Hadi Prast untuk mencalonkan di pilkada Jatim 2018, memang terus mengalir. Salah satu dukungan diberikan oleh Forum Masyarakat Maritim Jatim. Alasannya, Jatim butuh seorang profesional, konseptor pembangunan dan ekonomi Jatim ke depan. "Saya belum mendaftar. Terlalu dini mendaftar sekarang. Bukan saya nggak mau daftar, tapi belum sekarang. Modal saya hanya sebagai profesional dan mantan birokrat senior di Pemprov Jatim," tambahnya. Sikap wait and see mantan Kepala Bappeda Provinsi Jatim ini, lantaran masih ada pertanyaan yang harus dijawab apakah pilkada memerlukan kompetensi bagi orang yang bidangnya di profesional. Ini karena sejumlah nama yang muncul mayoritas dari kalangan politisi. "Saya terimakasih dan bangga dengan Pakde Karwo yang membuka pendaftaran di Demokrat. Ada teman saya birokrat Cak Nur (Inspektur Jatim Nurwiyatno) yang mendaftar sebagai cagub lewat partai itu," tuturnya. Dijelaskan, bahwa kapasitas ekonomi Provinsi Jatim sampai dengan tahun 2010 masih pada peringkat ke-3 setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabar). Tetapi, sejak tahun 2011 sampai sekarang peringkat Jatim naik ke urutan kedua setelah DKI dan menggeser Jabar. Hal ini bisa dibuktikan dari peringkat kontribusi PDRB terhadap PDB Indonesia. DKI masih memberi kontribusi antara 16-16,5 persen, Jatim berkontribusi antara 15-15,5 persen dan Jabar sekitar 12-13 persen (Jawa Tengah sekitar 8 persen). Maka, bisa dipahami betapa peran ekonomi Jati. bersama DKI, Jabar dan Jateng menjadi tulang punggung ekonomi nasional, yang secara bersama-sama berkontribusi lebih dari 50 persen ekonomi Indonesia. "Walaupun peringkat kedua dalam hal besaran PDRB (ekonomi), tetapi peran sektor ekonomi riil Jatim harus dibaca nomor wahid di antara provinsi di Indonesia, karena DKI lebih banyak didominasi sektor keuangan dan jasa. Masyarakat Jatin layak berbangga dengan peran nasionalnya," jelasnya. Dalam sektor perdagangan barang dan jasa, Jatim juga sentral perannya. Hampir 30 persen dari perdagangan nasional (khususnya wilayah Timur Indonesia) berasal dan menuju Jatim. Besaran (magnitude) perdagangan yang 5-7 tahun sebelumnya mencapai sekitar Rp 500 triliun per tahun. Dewasa ini sudah hampir mencapai Rp 1000 triliun per tahun; dengan surplus antara Rp 75-150 triliun per tahun. Surplus yang signifikan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Jati. di kisaran 6 persen per tahun. Surplus yang menggerakkan sektor ekonomi riil masyarakat Jatim tidak saja bagi perusahaan besar, dan menengah, tetapi juga perusahaan kecil dan mikro. Karena itu, Komisaris Utama PT SIER ini mengingatkan pemimpin Jatim ke depan menghadapi tantangan ekonomi yang serius. Kemajuan yang sudah diraih saat ini sedang menghadapi ujian berat karena dihadapkan pada resesi ekonomi dunia. "Resesi ekonomi dunia ini yang menyebabkan menurunnya sektor perdagangan retail, sektor industri dan juga sektor properti yang mencapai hampir 60 persen. Penurunan knerja sektor ekonomi riil jelas akan menyebabkan penurunan relatif terhadap kesempatan kerja yang signifikan," paparnya. Hal ini menjadi persoalan yang makin serius karena pada saat yang bersamaan akibat struktur kelahiran penduduk, menyebabkan melimpahnya angkatan kerja usia produktif (bonus demografi) yang akan berlangsung hingga tahun 2030-an. Berlimpahnya jumlah penduduk usia produktif muda dihadapkan pada perkembangan kesempatan kerja yang melambat akan menyebabkan meningkatnya angka pengangguran yang meluas. Bonus demografi bila tidak dikelola secara cerdas, akan menjadi jebakan demografi, yang akan berdampak penurunan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi. "Melimpahnya angkatan kerja harus mampu diserap tidak saja oleh mesin ekonomi Jatim, tapi juga ekonomi nasional, dan ekonomi internasional (sekurangnya ASEAN), dengan syarat memacu SDM tenaga kerja terampil dan berstandart internasional. Kepemimpinan kedepan sangat memerlukan kompetensi dan profesionalitas untuk mengatasi tantangan serius ini," ujarnya. Tantangan berikutnya adalah masalah kemiskinan yang masih cukup tinggi dan naik turun perkembangannya. Perlu solusi yang lebih tajam dan lugas. Sejauh ini penanganan kemiskinan lebih menitikberatkan penanganan sosial. Ke depan seharusnya terintegrasi dengan kewirausahaan khususnya pengembangan sektor usaha ekonomi kecil dan mikro. Untuk lepas dari jebakan lingkar kemiskinan, keluarga miskin harus difasilitasi secara serius, intensif dan konsisten untuk memberdayakan diri melalui usaha ekonomi mikro. "Pertanyaan yang tersisa adalah, apakah visi para elit partai-partai politik di Jatim dan Jakarta serta pimpinan daerah telah konsen terhadap tantangan ini? Apakah kepemimpinan ke depan memerlukan kompetensi profesional menangani hal-hal seperti ini? Kalau memang dibutuhkan, baru saya akan maju pilgub Jatim," jelasnya. (Bmw)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait