Intermezzo

Terlalu Bela PKI, Korban PKI Kecam Komnas Ham

  Portaltiga.com: Maraknya dengan isu PKI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Surabaya menggelar bedah buku berjudul " Ayat-ayat yang Tersembelih" di gedung PGRI Surabaya. Bedah buku yang berisi tentang kekejaman PKI tersebut digelar selama dua hari dengan menghadirkan salah satu korban PKI, Ibrahim Rais yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Kanigoro. Dalam kesempatan tersebut, Ibrahim banyak bercerita tentang kekejaman PKI. Peristiwa Kanigoro yang terjadi di Kediri Jatim, merupakan kenangan pahit yang pernah dirasakan. "Saat itu semua pelajar Islam ditangkap, dilecehkan. Bahkan Al-Quran dilecehkan. Dan saat itu puluhan pelajar Islam dibunuh dan dipengal. Beruntung saat itu saya berhasil lolos." kata Ibrahim. Oleh sebab itu, ibrahim menyesalkan sikap Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) yang seolah-olah membela PKI. "Kita lihat saja, Komnasham berdalih bagaimana terjadinya penumpasan gerakan PKI pada tahun 1965. Tetapi komnasham tidak pernah memunculkan pembataian yang dilakukan oleh PKI pada tahun 1948. Mana? Nggak pernah kan?" tanya Ibrahim, (24/5). Jika mengacu pada fakta-fakta yang ada sejak Komnasham diketuai oleh Abdul Hakim, selalu mengungkit PKI yang dibantai pada tahun 1965. Tetapi, tidak mengungkit ulah PKI tahun 1948. Kemudian tokoh HMI yang menjadi ketua Komnasham, Ifdhal Kasim, juga tidak pernah mengungkit tragedi tahun 1948. "Bahkan mereka justru yang membuat rancangan undang-undang KKR melalui LSMnya yang bernama Elsan," lanjut Ibrahim. Masih kata Ibrahim. Bahwa Ifdhal Kasim yang kemudian dipilih sebagai Ketua Komnasham, berupaya mengadakan penyelidikan bahwa betul telah terjadi pelanggaran HAM berat ditahun 1965. "Ini kan diputar balik. Dan kalau ada korban dari simpatisan PKI pada tahun 65, sekarang saya balik tanya. Mengapa komnas ham tidak pernah menggeber pelaku pembantaian dari orang-orang PKI?" ujar Ibrahim. Terkait kilas balik tragedi Kanigoro, Ketua HMI Surabaya Widani Hilmi ZA menuturkan, kegiatan bedah buku ini, hanya semata-mata bertujuan untuk mengingat sejarah perjuangan organisasi yang telah peduli dengan bangsa."Ini sebagai nilai luhur Pancasila dari ancaman gerakan radikal salah satunya PKI," tutupnya. (Bud)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait