Politika

KJPL Desak Komnas HAM Turun Ke Lakardowo

Portaltiga.com, SURABAYA - Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan KJPL Indonesia mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera turun ke Desa Lakardowo, Jetis, Mojokerto, Jawa Timur. Desakan disampaikan Teguh Ardi Srianto Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan yang memantau dan mendapatkan informasi, terjadinya potensi konflik dan kesenjangan sosial antar warga di desa itu, akibat konflik kasus lingkungan, dugaan terjadinya pencemaran limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang diduga dilakukan PT Putra Restu Ibu Abadi (PRIA). Menurut Teguh, kondisi di Desa Lakardowo dan sekitarnya, sudah tidak kondusif lagi, warga ada yang melaporkan terjadinya gesekan sosial antar sesama warga. Ada warga yang kebetulan bertetangga, tapi tidak bisa rukun, karena warga yang satu kerja di PT PRIA dan satunya tidak, kemudian terjadi kecemburuan sosial karena faktor ekonomi, ujar Teguh, Senin (01/08/2016). Selain persoalan ekonomi, keresahan warga yang terjadi di Desa Lakardowo, disebabkan adanya beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mendampingi warga melawan keberadaan PT PRIA, karena diduga mencemari lingkungan, kemudian LSM atau lembaga itu memprovokatori warga, agar saling membenci pada warga yang bekerja di perusahaan pengelola dan pemanfaat limbah B3 itu. Di Dusun Kedung Palang, ada modin dan pengurus masjid yang diturunkan dan tidak diakui warga lagi, karena dinilai memihak PT PRIA, meski waktu dikonfirmasi orang yang dituding berpihak pada PT PRIA ini, sama sekali tidak tahu dasar dan alasan tudingan warga pada dirinya, jelas Teguh. Ditambahkan Teguh, kalau kondisi itu terus dibiarkan, tanpa ada peran dari negara, khususnya lembaga negara seperti Komnas HAM, maka ketentraman dan kedamaian di Desa Lakardowo akan hilang dan yang terjadi justru sebaliknya. Bahkan beberapa minggu terakhir, warga di Desa Lakardowo semakin resah dengan adanya isu latihan ala militer yang dilakukan warga yang kontra dengan keberadaan PT PRIA. Warga melaporkan adanya warga yang mulai berlatih menembak dan fotonya dipampang di media sosial, papar Teguh. Ketua Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan KJPL Indonesia ini juga dapat informasi adanya pergerakan warga yang kontra dengan keberadaan PT PRIA, mereka sudah membangun kekuatan diantaranya dengan berlatih bela diri dengan mendatangkan guru dari Surabaya. Dengan semakin kencangnya informasi yang beredar di masyarakat Desa Lakardowo, maka warga yang tidak tahu menahu dengan konflik lingkungan yang terjadi antara warga yang pro dan kontra dengan keberadaan PT PRIA juga semakin bingung dan resah. Tumiran warga di Lakardowo yang awalnya ikut menentang kenberadaan PT PRIA akibat provokasi dari LSM Lingkungan yang mendampingi warga akhirnya sekarang, lebih memilih diam dan bekerja ke luar desa. Saya sudah merasa ada yang tidak beres dengan LSM yang mendampingi warga, karena mereka terus memprovokasi warga untuk terus-terusan unjuk rasa atau demo dan saling membenci pada warga yang bekerja di PT PRIA. Untuk itu saya lebih memilih kerja di luar desa daripada tiap hari disuruh demo. Keluarga saya juga butuh makan, ungkap Tumiran. Dikatakan Tumiran, kalau konflik di Desa Lakardowo tidak segera dituntaskan dan justru ditumpangi LSM-LSM atau lembaga lainnya, maka warga Desa Lakardowo akan terus resah dan tidak bisa damai seperti dulu. Kami hanya ingin ada kedamaian. Siapa yang salah dalam kasus itu saya tidak peduli, yang penting warga ingin kembali hidup tentram dan damai, pungkasnya. Sebagai informasi, kasus dugaan pencemaran limbah B3 yang diduga dilakukan PT PRIA, sekarang sedang dalam tahap menunggu hasil uji laboratorium kualitas air sumur pantau milik perusahaan dan sumur milik warga. Hasil itu akan diumumkan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang sebelumnya sudah turun ke Desa Lakardowo untuk mengambil sampel air sumur pantau perusahaan dan sumur milik warga. Dari pantauan di lapangan, kasus yang berawal dari konflik lingkungan ini, sekarang sudah mulai bergeser ke arah konflik sosial yang sengaja diciptakan LSM-LSM yang turun mendampingi warga untuk melawan dan menutup kegiatan usaha PT Putra Restu Ibu Abadi (PRIA).

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait