Baca Juga : Risma Siap Kembangkan Program Pahlawan Ekonomi ala Surabaya di Jatim
Portaltiga.com - Pilwali Surabaya yang akan digelar pada tahun 2020 mendatang diprediksi menarik. Semakin banyak tokoh yang berkomitmen untuk menggantikan Tri Rismaharini (Risma) yang sudah tidak bisa lagi mencalonkan sebagai Walikota Surabaya, setelah Walikota Surabaya perempuan pertama itu telah menjabat selama dua periode. Sejumlah tokoh santer dikabarkan maju, bahkan beberapa sudah mendaftar ke Partai Politik. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai birokrat, politisi, aktifis hingga profesional. Forum muda Demokrasi (FomDem) menilai dibalik banyaknya tokoh yang berasal dari berbagai latar belakang baik dari politisi, birokrat, aktivis hingga profesional yang ingin maju pilwali, tantangan kedepan adalah melanjutkan pembangunan yang telah digagas Risma. Kota Surabaya juga butuh sosok yang berani dan bersih agar Kota Surabaya dapat lebih maju dari sebelumnya. "Kriteria pemimpin Surabaya ke depan harus berani dan bersih. Saya kira sosok itu ada pada diri Awey (Vinsensius Awey). Awey pun sudah teruji saat menjadi anggota DPRD Surabaya," beber Ketua FomDem, Rusman Hadi, di Surabaya, Minggu (24/11/2019). Rusman mengapresiasi munculnya nama politisi yang akrab disapa Awey dalam konstelasi politik Pilwali Surabaya 2020. Sebab, kata Rusman semakin banyak calon yang muncul, maka masyarakat Surabaya akan dihadapkan pada banyak pilihan agar bisa menentukan pilihan terbaiknya. [caption id="attachment_37133" align="aligncenter" width="768"] Politisi partai NasDem Vincencius Awey mantan anggota DPRD Kota Surabaya Periode 2014-2019 dan Bacawali Surabaya 2020[/caption] Ketika disinggung soal Kiprah Awey di Surabaya, mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jatim ini menilai sosok Awey saat menjadi anggota DPRD Kota Surabaya sebagai legislator yang sangat kritis, dan sangat berani melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat. "Awey ini setahu saya sosok yang berani, saat ada kebijakan yang tak pro rakyat, pasti akan dia kritisi, tak perduli harus berhadapan dengan siapa," tukas Rusman. Selain itu, mantan Ketua PC PMII Sumenep ini juga menilai selama menjabat sebagai anggota DPRD Surabaya, Awey tidak pernah berhadapan dengan kasus hukum, utamanya terkait korupsi. "Saya kira beliau berani kritis karena bersih. Kalau tidak bersih pasti tak akan mungkin berani kritis pada penguasa," imbuh Rusman. Rusman menambahkan untuk menggantikan kepemimpinan Risma, butuh pemimpin yang bersih. Sebab kalau bersih, tidak memiliki catatan hukum sebelumnya dia pasti akan berani melahirkan kebijakan-kebijakan besar yang pro rakyat. Tentunya juga harus mengerti persoalan Surabaya. Rusman juga mengatakan, Awey sangat berpotensi dalam memimpin Kota Surabaya. Kiprahnya selama lima tahun di DPRD Kota Surabaya membuat Awey banyak dikenal masyarakat. Termasuk saat Awey maju sebagai Caleg DPR RI dari Partai Nasdem meski tidak berhasil lolos ke Senayan, tapi dia meraih suara terbanyak di internal Caleg di NasDem dan bersaing ketat dengan Caleg Partai lain dalam memperebutkan kursi terakhir. "Tentu itu cukup sebagai modal awal maju Pilwali, apalagi ia juga memiliki pengalaman organisasi, ia kan mantan aktifis pergerakan era 98 juga sebagai salah satu Ketua PP PMKRI," tandas mantan Bendahara Umum PMII Jatim tersebut. Rusman melanjutkan, Awey yang merupakan politisi Partai Nasdem itu pun sudah running sebagai kandidat. Ini menunjukkan ia punya komitmen untuk maju, tidak sekedar mencarai popularitas. Selain daftar di Partai NasDem, Awey juga mendaftar ke PSI dan Gerindra yang memang sudah membuka pendaftaran untuk kandidat pilwali Surabaya. Menurut Rusman, Awey harus berkompetisi dengn kandidat lain, diantaranya Wakil Walikota Surabaya (Whisnu Sakti Buana) Kepala Bappeko Pemkot Surabaya (Eri Cahyadi) ada juga Birokrat Pemprov Jatim sekaligus Keponakan Menko Polhukam, Mahfud MD (Firman Syah Ali), Firman bahkan sering turun diberbagai acara masyarakat di Kota Surabaya, khususnya pada kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW. Kemudian tak ketinggalan juga ada Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, yang merupakan puteri dari politisi senior PPP, KH. Masykur Hasyim sekaligus keponakan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Berikutnya ada KH Zahrul Azhar Asaad atau yang akrab disapa Gus Hans, politisi Partai Golkar sekaligus mantan Jubir Khofifah-Emil saat Pilgub Jatim 2018 kemarin. Ada juga sosok pengacara muda yaitu M. Sholeh. "Kompetisi dengan kandidat lain dan lobby politik untuk mendapatkan rekom partai adalah hal lumrah yang memang harus dilalui. Apalagi Surabaya adalah kota besar kedua setelah ibukota. Jadi wajar banyak yang berminat memimpin Surabaya," pungkasnya. (tea/tea)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.