Ekbis

Bappenas: Investasi Daerah Banyak yang Seret, Presiden Gundah

Baca Juga : Pemkot, Unicef dan Bappenas Tanda Tangani, RKT Child Friendly Cities Initiative 2023

Portaltiga.com - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro menyebut masih banyak daerah yang belum ramah investasi. Hal ini membuat Presiden Joko Widodo gundah. "Presiden belum melihat bahwa semua daerah dan semua aparat pusat itu satu pandangan mengenai pentingnya investasi," ujar Bambang usai memberi paparan tentang pengarahan RPJMN 2020-2024 di Hotel Shangri La, Senin (29/72019). Menurutnya masih banyak daerah seret dalam hal membuka kran investasi. Bahkan cenderung beberapa daerah di Indonesia masih melakukan pembatasan terhadap investasi langsung. Data yang disampaikan, stok investasi langsung hanya 22,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Dibanding Filipina masih lebih tinggi 25,1 persen. Dengan Vietnam 60,1 persen," ungkap Bambang. Padahal, lanjut Bambang, pembatasan investasi langsung mengakibatkan 8 persen investasi berorientasi ekspor yang masuk ke Indonesia. Tidak hanya itu, upah buruh juga berdampak dengan turun 15 persen dari yang seharusnya. Mantan menteri keuangan itu berharap yang menjadi penghambat regulasi ditata lagi. Sehingga investasi yang akan masuk ke dalam negeri semakin mudah. "Reformasi birokrasi harus menyertai, apa yang menghambat investasi dari birokrasi yang rumit. Itu yang juga dikeluhkan presiden," kata Bambang. Ia pun menyarankan pemerintah daerah memberikan regulasi yang mudah. Dengan begitu implementasinya di lapangan semakin mudah. "Bukan untuk memperlambat atau mempersulit, kemudian kalau ada aturan yang menghambat harus segera direvisi. Aturan tersebut sehingga semua aturan benar-benar untuk menarik invetasi," tegasnya. Bambang menolak dikatakan investasi tidak berpengaruh bagi masyarakat. Buktinya banyak investasi dengan padat modal yang masuk ke Indonesia. Memang, diakuinya, terkadang investasi yang bersifat surat berharga tidak langsung dapat dirasakan masyarakat. "Investasi yang sifatnya surat berharga tidak begitu berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi. Justru yang saya maksudkan ini investasi di sektor riil. Buka usaha baik manufaktur maupun di sektor jasa," tandasnya. (ars/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait