Headline

Tingkatkan Kualitas Pengolahan Kerang, Mahasiswa Unair Ciptakan Alat Canggih Ini

Baca Juga : Prabowo Temui Mahasiswa Indonesia di Kairo, Ingat Pesan Ini

Portaltiga.com - Mahasiswa gabungan tiga fakultas di Universitas Airlangga menawarkan solusi atas permasalahan "klasik" yang dihadapi nelayan kerang Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, dengan alat modifikasi Autoclave dan Boiler (sistem uap). Alat ini diklaim bisa menghilangkan kontaminasi bahan pencemar yang terdapat pada kerang, karena air perebusan tidak digunakan dua kali. Kemudian dengan tertutupnya proses perebusan kerang, sehingga permasalahan sebelumnya dapat diatasi. Setelah alat ini sukses disosialisasikan, lima mahasiswa tim Program Kreativitas Mahasiswa dalam Bidang Teknologi (PKMT) Unair ini menuliskan dalam proposal bertema "B-Steam: Bivalve Steaming, Solusi Tepat Nelayan Kerang." Dibawah arahan dosen pembimbing Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet., proposal itu berhasil lolos seleksi Kemenristekdikti dan berhasil atas dana pengembangan dalam program PKM 2018. Kelima mahasiswa tersebut adalah Ula Zidni Alfian Ikromah dan Maulida Agustina (Fakultas Perikanan dan Kelautan), Akhmad Afifudin Al-Anshori (Fak. Kedokteran Hewan), juga Hilmi Putra Pradana dan Ningsih Putri Herman (Fak Sains dan Teknologi). Tim PKMT ini juga mendapat bantuan dari mitra, yakni KUB Abata, pimpinan Agus dan Nuryati. Saat ditanya mengapa dipilih nelayan Desa Banjarkemuning, Ula Zidni Alfian Ikromah, ketua tim ini menjelaskan bahwa sentra nelayan kerang di desa itu sudah dikenal memiliki relasi, dan terdapat permasalahan yang belum terpecahkan. Dengan alat yang disodorkan itu diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan. "Selain itu mitra anggota KUB Abata bisa bekerjasama dengan baik, baik keterbukaan informasi mengenai permasalahan yang ada, serta feedback terkait yang kami sosialisasikan. Lagi pula KUB Abata baru berdiri sekitar setahun, sehingga untuk memajukan KUB masih dibutuhkan bantuan baik materi dan non-materi," kata Ula Zidni kepada portaltiga.com, jumat (6/7/2018). Dijelaskan juga, pengolahan kerang oleh nelayan Desa Banjarkemuning dan sekitarnya itu masih menggunakan cara konvensional. Akibatnya zat pencemaran masih terakumulasi pada kerang. Kemudian akibat penggunaan air rebusan secara berulang dan terbukanya tempat perebusan, menyebabkan panas tidak dapat tertahan. Lalu segi lingkungan sanitasi area pengolahan juga kerang kurang diperhatikan higienitasnya. Permasalahan tersebut dipandang oleh Tim ini sangat penting untuk diatasi, sebab bisa berpengaruh pada kualitas kerang yang dihasilkan yang juga belum cukup bagus. Pengaruh itu bisa menurunkan permintaan produksi kerang dikemudian hari, apalagi sebagian masyarakat juga masih ada yang enggan mengonsumsi binatang laut ini karena sifatnya yang filter filder (penyerap makanan dalam air). "Dengan pengolahan yang kurang baik itu maka akan bisa meningkatkan kekhawatiran konsumen. Karena itu, meski belum diketahui gangguan kesehatan apa akibat pengolahan yang konvensional itu, maka lebih baik mencegah jangan sampai terjadi food born disease (keracunan akibat makanan)," tandas Ula Zidni. Tim PKMT juga menjelaskan cara kerja alat modifikasi Autoclave dan Boiler (sistem uap). Boiler digunakan sebagai tempat air yang dipanaskan hingga dihasilkan uap untuk disalurkan dengan pipa ke bagian autoclave yang di dalamnya telah berisi kerang. Alat ini menggunakan tekanan dan temperatur sebagai parameter perebusan. Cara kerja yang pertama, bagian autoclave dibuka dengan melepas murnya. Kemudian keranjang di dalamnya ditarik keluar dan dimasukkanlah kerang hingga 75% volume keranjang. Keranjang dimasukkan lagi, lalu ditutup dan dirapatkan lagi dengan menguatkan mur tadi. Pada boiler diisi dahulu dengan air hingga tiga perempat tinggi pipa. Banyak-sedikitnya air itu diketahui dengan membuka dua tuasnya, kemudian tutup kembali tuasnya. Ketika air dan kerang sudah dimasukkan, barulah kompor mawar dibawah boiler itu dinyalakan, dengan sebelumnya dipastikan dulu saluran dari boiler ke autoclave dalam keadaan tertutup agar uap panas tidak keluar. Kemudian naikkan tekanan pada boiler. Panas api membuat air menguap sehingga tekanan pada boiler juga meningkat. Besar tekanan itu ditunjukkan melalui indikator pada boiler. Tekanan pada boiler ini tidak boleh menyentuh batas maksimum dan minimum. Setelah mencapai nilai tekanan yang diinginkan, saluran boiler ke autoclave dibuka untuk mengalirkan uap panas dari boiler ke autoclave tadi agar memanaskan kerang di dalamnya. "Tunggu sekitar 10 menit dengan api yang kecil. Lalu putar keran pada autoclave dan boiler secara perlahan, sehingga uap dari keduanya akan keluar secara perlahan. Pada autoclave itu dapat melihat indikator suhu, baik suhu perebusan dan saat suhu menurun untuk mengeluarkan kerang dari keranjang dengan cara melepas dulu skrup pada autoclave. Tim PKMT Unair ini hanya mengalami sedikit kendala, yaitu alat yang terlalu berat sehingga susah untuk dipindah-pindahkan, terutama pada saat sosialisasi itu. "Kedepan, tim PKMT kami berharap alat ini dapat berguna untuk memperbaiki proses produksi pengukusan kerang, sehingga dengan pengolahan yang baik akan dihasilkan mutu kerang yang baik dan nilai jual yang lebih baik pula," tambah Maulida Agustina, anggota tim. Tim PKMT Unair ini juga akan mengajukan hak paten untuk karya inovasinya ini, termasuk artikel ilmiah pada jurnal yang terakreditasi. Kerjasama kemitra baru juga harapan untuk pengembangan bersama para kader KUB dan nelayan kerang secara lebih luas, misalnya meningkatkan kapasitas daya tampung alat sehingga dihasilkan volume yang lebih besar pula. (doy/tea)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait