Sopo Iki

Ciptakan Aplikasi Komunikasi Anak Autis, Dosen Ini Raih Hibah dari Australia

Baca Juga : AHY Raih Doktor Cumlaude, dr Agung: Ini jadi Motivasi Kader dan Generasi Muda

Portaltiga.com - Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga mendapatkan dana hibah. Pendanaan yang diberikan oleh Australia Award's Indonesia itu diberikan kepada Margaretha, S.Psi., P.G.Dip.Psych., M.Sc., atas proposal yang ia ajukan. Programnya, membuat aplikasi untuk membantu komunikasi anak autis. Skema hibah alumni ini bertujuan mendukung alumni lulusan perguruan tinggi di Australia. Salah satu tujuan dari program yang digagas oleh Australia Award's Indonesia ini adalah memperkuat hubungan antara Indonesia dan Australia. Margaretha yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Global Networking and Communication Airlangga Global Engagement (AGE) UNAIR merupakan alumnus University of Newcastle, Australia. Dari skema dana hibah itu, Margaretha memperoleh pendanaan sebesar AUD 10.000 atau setara dengan Rp105 juta. Sebagai salah satu tim konsultan pengembangan identifikasi dan intervensi dini anak autisme Jawa Timur yang pernah mengikuti pelatihan di Perth, Margaretha ingin menerapkan pengetahuannya dengan membantu 4 resourse center di Jawa Timur. Di sela prakteknya, Margaretha menemukan sesuatu yang dirasa dibutuhkan. "Sambil saya dan teman-teman praktik melatih, ternyata ada kebutuhan. Kami biasanya mencetak terus melaminating alat bantu visual satu-satu. Tetapi karena semakin banyak, bukunya menjadi semakin tebal. Akan lebih praktis jika menggunakan aplikasi," ujarnya. Berangkat dari permasalahan itulah, Margaretha akhirnya membuat proyek dengan judul Pengembangan Program Media Komunikasi Visual Anak (MIKA) Sebagai Alat Bantu Belajar Komunikasi pada Anak Autisme dengan Autisme dan Anak dengan Daya Komunikaasi atau Cacat Komunikasi untuk diikutkan seleksi skema hibah alumni. Setelah melalui beberapa tahapan, akhirnya proyek tersebut dinilai layak untuk diberikan dana hibah. "Alatnya itu seperti aplikasi, membuat software yang mana berisi visual atau gambar yang di bawahnya terdapat kata-kata. Sebagai alat bantu visual, aplikasi tersebut digunakan untuk menyampaikan infomasi. Hal itu diperlukan karena pendekatan atau  komunikasi visual itu lebih mudah dipahami oleh anak dengan autisme. Karena mereka cara berpikirnya visual," papar Margaretha. Orang normal yang berbicara tanpa visual, lanjut Margaretha, lebih sulit untuk dipahami oleh anak dengan autisme. Misalnya, ketika memberi instruksi makan. Pemanfaatan aplikasi buatan Margaretha dapat menghasilkan suara, gambar, dan tulisan yang akan lebih memudahkan anak dengan autisme. "Nanti ini MIKA-nya level 1. Jadi lebih ke hal-hal yang dasar sampai ke komunkasi menjalin dialog. Bisa juga untuk menyusun kalimat," ujarnya saat ditanya mengenai gambaran proyek aplikasi miliknya. Melalui aplikasi ini, Margaretha berharap dapat menjawab kebutuhan masyarakat, khususnya anak dengan autisme. Aplikasi ini nantinya dapat digunakan oleh anak-anak berkebutuhan khusus beserta keluarganya. Selain itu, dapat pula digunakan di pusat terapi atau pusat pendidikan. "Saya berusaha agar alat ini benar-benar dapat dipakai. Bukan hanya berdasarkan teoritis tetapi juga praktis," terang Margaretha. (doy/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait