Portaltiga.com - Berawal dari sebuah pesan singkat seorang kawan yang menyebut grup musik NDX AKA Familia, saya pun terusik. Iki grup opomaneh?
Dengan bantuan wifi kantor, saya pun berselancar di lautan data milik mbah google. Keterkejutan pun datang bertubi-tubi saat mendapati bahwa NDX adalah grup musik
dangdut hiphop yang lagunya sering dinyanyikan anak perempuan saya. Belum lagi saat melihat rekaman video yang menampakkan betapa penggemar grup asal Yogjakarta itu luar biasa banyak.
Oke. Singkat kata saya baru tahu grup yang sudah mulai merintis ketenaran sejak 2014 itu adalah idola anak muda di sisi masyarakat yang (maaf) merasa termajinalkan.
Musiknya mungkin tidak begitu mengejutkan. Sebab dangdut memang piawai menikahi genre musik lain menjadikannya dalam sebuah aransemen yang nikmat di kuping.
Tapi liriknya, ya lirik-lirik lagi NDX AKA itu memang begitu usil dengan lokalitas yang begitu karib dengan masyarakat Jawa. Di sela-sela kalimat-kalimat sederhana, itu ada diksi seperti jebakan Batman.
Sebut saja di lagu Move On, yang liriknya seperti ini;
Hidup cuman sekali. Jangan kau pikir pikir lagi. Dia yang telah pergi. Hianati janji-janji. Lebih baik move on aja. Pasangan disekuat baja. Daripada kau tersiksa. OTW melupakanya.
Ada dua diksi yang mewakili modernitas, yaitu move on dan otw. Penempatan move on mungkin tidak terasa janggal karena diksi kekinian itu sudah bisa diucap untuk mengungkapkan kondisi bangkit dari keterpurukan. Tapi sungguh begitu usil memilih diksi otw (on the way) untuk mewakili proses upaya melupakan cinta lama. Penggunaan otw sudah jamak digunakan untuk menjelaskan sebuah perjalanan.
Siktalah, mikir opo NDX iki kok iso mencipta frasa otw melupakannya?
Ada juga diksi usil, yaitu di lagu Lungset.
Seprene ku ngenteni. Kadhong tresno neng njero ati. Semono ugo atimu ngeliyo. Lungset batin iki. Ini di bait pertama.
Sedangkan di bait yang lain begini;
Kenapa kau tega menduakanku cintaku. Yang tulus dan setia mencintai dirimu. Lungset batin iki.
Coba bayangkan, kondisi
lungset. Itu kan kondisi (biasanya) kertas atau kain yang sengat kucel. Lalu dengan usil digunakan untuk menggambarkan perasaan yang sedang kalut. Itu kan jelas usil sekali karena masih banyak diksi yang bisa mewakilinya, misalnya; galau atau kalut.
Belum lagi judul lagi Kimcil Kepolen. Itu artinya apa? Sungguh sangat-sangat lokal. Tapi, NDX berhasil meraih hati penggemar karena dianggap mampu mewakili perasaan dan identitas diri mereka.
Ya sudahlah, yang jelas lirik mereka mudah dicerna dan sangat dekat dengan anak muda kekinian. Berkat itu pula rejeki Yonanda Frisna Damara dan Fajar Ari berubah. Dari rejeki kuli batu yang hanya 50 ribu tiap hari, kini tak kurang 35 juta setiap kali tampil.
Kalau masih penasaran, monggo dengarkan saja sendiri. Saya sudah kebelet cangkruk, menikmati rokok dan kopi.
(zaki zubaidi)
Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di
Google News.
URL : https://portaltiga.com/baca-3181-keusilan-diksi-dalam-lirik-lagu-ndx-aka-familia