Intermezzo

Ketua DPRD Kota Malang Kunjungi DKS: Apa Kabar Kesenian di Surabaya?

Portaltiga.com - Dengan agenda studi banding, Ketua DPRD Kota Malang mengunjungi Kantor Dewan Kesenian Surabaya (DKS) di Gedung Balai Pemuda, Jalan Gentengkali Surabaya, Kamis (15/5/2025).

Dalam pertemuan tersebut, sejumlah pengurus DKS yang juga para pelaku kesenian berdiskusi dengan Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita, tentang identitas kebangsaan dalam proses berkesenian di Kota Surabaya.

Menjadi catatan penting dari paparan para pelaku kesenian ini adalah semangat mereka untuk terus berkarya hingga mampu menghidupkan kesenian di tengah masyarakat kota urban ini.

Mereka tidak menampik banyaknya kendala yang mereka hadapi. Namun mereka juga mengaku banyak mendapat dukungan dari para pengurus DKS.

"Kami berusaha menanamkan eksistensi nasionalisme dan budi pekerti kepada anak-anak melalui seni tradisi ludruk, karawitan juga jaranan. Tujuannya, agar generasi ke depan ini tidak lupa pada seni tradisi kota, yang turut membentuk identitas kebudayaan masyarakat kota ini. Selain itu, tak kalah penting adalah anak-anak mengenal nilai-nilai positif bangsa ini untuk dibawa hingga di masa depan," ucap pelaku seni tradisi ludruk, Sabil Lestari, yang hadir dalam pertemuan ini, bersama sederet pelaku seni lainnya.

Dalam proses memberikan pengajaran tentang seni tradisi ini, mereka mendapat suport tempat latihan beserta perangkat gamelan di kantor DKS. Hal senada juga disampaikan pelaku seni tradisi lainnya, seperti Sri Wahyuni dan Tri Suryanto.

Tak hanya seni tradisi, manager grup musik rock asal Surabaya, Darmawan juga mengungkapkan bahwa ciri khas musik rock yang digelarnya dalam berbagai event di Surabaya selalu mengaitkan dengan identitas bangsa dan budaya.

"Kalau musik rock dianggap identik dengan budaya barat, bagi kami tidak. Karena melalui musik rock yang digemari banyak anak muda ini, juga bisa memacu anak muda mempertegas jati diri atau identitas diri," ungkap Darmawan.

Senada, musisi Made Weda juga mengatakan, salah satu upaya mempertegas identitas diri ini adalah memberikan persyaratan agar menampilkan karyanya sendiri.

Pengakuan tak jauh berbeda diungkapkan Nurhayati atau Yati, aktor teater, yang juga pegiat film.

Aktor Teater Api Indonesia ini mengatakan, tidak banyak teater umum (bukan teater kampus) yang masih terus beraktivitas di Surabaya. Dari yang tidak banyak itu, salah satunya, Teater Api Indonesia.

Yati mengungkapkan, tidak mudah bagi para pelaku teater menemukan ruang yang memadai untuk beraktivitas. Dalam permasalahan ini, ruang galeri yang dikelola oleh DKS menjadi solusi untuk dijadikan ruang berlatih dan beraktivitas.

Dari aktivitas di ruang galeri ini pula, 10 orang anggota Teater Api Surabaya berhasil menggelar karya berjudul Surup di Hamburg Jerman pada November 2024 lalu.

"Pada pementasan karya di Hamburg, Teater Api berbicara tentang identitas budaya Jawa, serta tubuh fisik dan spiritual masyarakat Jawa," tuturnya.

Baca Juga : DPRD Surabaya Soroti APAR yang Tidak Layak Pakai di Command Center 112

Tak hanya untuk pelaku teater, bagi para pelukis, ruang galeri yang dinamai Galeri Surabaya ini juga menjadi galeri pameran lukisan yang cukup representatif, seperti dikatakan pelukis senior, Asri Nugroho.

"Untuk menampilkan karya lukisan, pelukis jelas butuh galeri pameran. DKS bisa menyediakan Galeri Surabaya untuk para pelukis, dengan hanya dikenakan biaya kebersihan. Sementara galeri yang disediakan Pemkot Surabaya berbayar hingga Rp2,5 juta/hari. Biaya sebesar ini tentu hanya terjangkau oleh sedikit kalangan pelukis," ungkapnya.

Tak ketinggalan, pendiri Istana Karya Difabel, Andy Elektrik dan Bunda Yosi, yang memberikan pelatihan ketrampilan dan seni pada 48 anak difabel tanpa memungut biaya.

Untuk membiayai pelatihan yang diberikan, mereka menjalankan bisnis produk wedang uwuh yang didistribusikan ke berbagai resto dan toko. Hal ini mereka lakukan karena tak ingin bergantung pada bantuan pemerintah.

Sikap ini rupanya tidak membuat gerak sosial mereka melambat. Terbukti berbagai prestasi berhasil diraih anak-anak didiknya.

Semua permasalahan tersebut diakui oleh Anggota DPRD Kota Surabaya, Budi Leksono. Dirinya yang kerap menjadi tempat curhat para seniman, mengaku memang demikian yang dihadapi oleh para pelaku kesenian di Surabaya.

Sebagai anggota DPRD, dirinya telah berupaya menjembatani untuk mencari solusi terbaik.

Baca Juga : DPRD Surabaya Soroti Kasus Perundungan Terhadap Siswa

"Hebatnya Surabaya ini, kesenian masih menggeliat, bergerak, masih hidup dengan segala prestasi dan dinamikanya. Ini karena semangat kreativitas dari pelaku seni itu hidup," ucap pria yang biasa disebut Kaji Budi.

Sekjen DKS, Luhur Kayungga, memandang bahwa partisipasi masyarakat termasuk dalam bidang seni tentu turut membangun citra sebuah kota.

"Kota Surabaya melahirkan banyak musisi besar, mulai Gombloh, Dewa19, Boomerang, dan banyak lainnya. Aktivitas berkesenian para musisi ini menjadikan Kota Surabaya pernah disebut sebagai barometer musik Indonesia. Hal inilah yang mendorong DKS untuk selalu mendukung aktivitas kesenian masyarakat," ucapnya. 

Tentunya, tambah Luhur, dukungan bukan hanya pelaku seni musik, melainkan pada semua bidang kesenian, seperti tari, teater, film, juga lukis dan instalasi.    

Dari diskusi tersebut, Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani menyatakan keprihatinan sekaligus kekagumannya terhadap kegigihan para pelaku kesenian di Kota Pahlawan, serta DKS yang memberikan support.

"Atmosfer kesenian dan kebudayaan di kota ini sudah sangat baik. Dimotori oleh DKS, dengan segala perangkatnya, berhasil menangkap bibit kesenian di Surabaya untuk kemudian memfasilitasi sehingga tersedia etalase, workshop, ruang mengasah kemampuan berkesenian, termasuk menyelenggarakan sebuah event kesenian. Kolaborasi ini sangat baik sehingga kesenian itu hidup," paparnya.

Sementara untuk Kota Malang, Amithya memandang masih perlu menambahkan perangkat pelengkap untuk menghidupkan kembali atmosfer kesenian di tengah masyarakat.

 

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait