Portaltiga.com - Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti, Rabu (31/5/23), saat menghadiri resepsi Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-730 menerima laporan WhatsApp warga terkait situasi kritis seorang pasien perihal keluhan pelayanan rumah sakit yang terkesan tidak maksimal dalam memberikan penanganan medis.
Hal demikian dialami oleh Asiasi (52), kondisi seorang ibu warga Tanah Kali Kedinding tersebut mengharuskan ia masuk ruang ICU. Akan tetapi hal itu tidak dapat dilakukan lantaran pihak RS menyatakan ruang ICU penuh.
Keadaan kurang mengenakan ini pun diketahui telah dialami pasien sejak datang ke RS Sabtu (27/5/23) lalu sebab harus menunggu hingga tiga hari di IGD sebelum akhirnya masuk ke ruang perawatan pada Senin (29/5/23) sebab antri.
Mengetahui situasi sulit yang dialami pasien, Reni sapaan akrab politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) usai kegiatan di balai kota itu pun lantas menuju ke RS dan memastikan langsung kondisi keluarga pasien.
Saat tiba di RS, Reni mendapat konfirmasi dari pihak RS bahwa ruang ICU yang kosong telah tersedia bagi pasien untuk masuk. Namun nasib kurang beruntung dialami, nyawa pasien tidak tertolong sebelum pihak rumah sakit berhasil memindahkan ke ruang ICU.
Menyusul kabar meninggal dunianya pasien tersebut, Reni pun sangat menyayangkan terkait dengan penanganan rumah sakit di tengah kegentingan pasien yang memerlukan tindakan segera.
“Keselamatan warga menjadi yang utama, siapapun itu,” ungkap Reni saat memberi keterangan pada awak media di tengah suasana haru menyelimuti pihak suami serta dua putrinya tersebut yang masih kecil.
Tentu semua orang tidak ada yang mengharapkan situasi sulit seperti ini, tapi coba bayangkan yang mengalami itu adalah mereka yang merupakan ibu kita, keluarga kita, saudara kita,” tutur dia sendu.
Adanya temuan ini praktis menjadi sorotan bagi wakil rakyat tersebut khususnya mengenai standar pelayanan rumah sakit dalam tindakan medis ketika terjadi antrian di ICU.
Baca Juga : Komisi A DPRD Surabaya Soroti Maraknya Tawuran, Koordinasi Dengan Bakesbangpol
“RS Soewandhie ini pasiennya banyak, atas upaya perbaikan pelayanan, maupun peningkatan mutu, serta inovasi pelayanan kesehatan utamanya di rawat jalan saya apresiasi. Tapi untuk kasus ini juga perlu jadi evaluasi,” terangnya.
“Layanan rawat inap ini jadi evaluasi karena bila memang rumah sakit melihat kegentingan yang dialami lalu bagaimana solusi memberi rujukan atau mengalihkan ke fasilitas kesehatan lain untuk dapat dilakukan tindakan medis,” imbuhnya.
Reni memahami bahwa kematian juga merupakan bagian dari takdir Tuhan. Meski begitu ikhtiar setiap insan untuk berusaha sebaik mungkin melalui akses pelayanan kesehatan masyarakat juga menjadi urusan lain yang sangat dibutuhkan.
Baca Juga : Komisi B DPRD Surabaya Inginkan Perbaikan Pengelolaan PD Pasar Surya Agar Dapat Sumbang Deviden
Oleh karenanya, sambung wakil rakyat itu, jika RS kerap mengalami kondisi serupa, maka bagi Reni, koneksi dan integrasi pelayanan kesehatan dari satu RS ke RS lainnya butuh integrasi dan koneksi layanan.
“Di era saat ini, integrasi pelayanan kesehatan antar rumah sakit sudah menjadi keniscayaan, saya minta direktur Rumah Sakit Soewandhie memperhatikan ini,” jelasnya.
Tampak selama di RS, Reni terus menguatkan keluarga pasien dengan mengajak kedua putri wali pasien itu untuk berdzikir seraya melantunkan ayat-ayat suci Alqur’an.
Terakhir atas kejadian tersebut pihaknya pun merasakan kesedihan yang menyelimuti pihak keluarga sekaligus menyampaikan duka cita mendalam.
“Kita tadi mengucapkan belasungkawa dan mohon doanya juga supaya keluarga yang ditinggalkan dapat diberi ketabahan dan kekuatan pula”, tutupnya.
Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.