Umum

Didapuk Baca Teks Proklamasi di Istana Negara, Begini Perasaan La Nyalla

Portaltiga.com - Berbalut pakaian adat Minang, Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, membacakan naskah Proklamasi saat Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/8/2022) kemarin.

Bagi La Nyalla, tugas membaca teks proklamasi merupakan sebuah kehormatan dan memiliki makna sendiri bagi dirinya. 

"Tentu saja ini sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi saya. Selain itu kepercayaan untuk membaca teks proklamasi ini juga mengingatkan diri saya dan kita semua akan cita-cita dari para pendiri bangsa dan pejuang-pejuang terdahulu. Bahwa kita semua harus terus memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Senator asal Jawa Timur itu.

Mengenai pakaian adat Minangkabau yang dikenakannya, LaNyalla mengaku ingin memperlihatkan beragamnya budaya dan adat istiadat di negara ini. Dia ingin menunjukkan semangat menghargai dan menghormati perbedaan.  

"Saya berdarah Bugis, lahir di Jakarta dan besar di Jawa Timur, tetapi saat ini memakai pakaian adat dari Minang, Sumatera Barat. Artinya bangsa ini sangat majemuk, semua harus bisa menghargai dan mengedepankan persatuan bangsa. Apalagi belakangan ini terjadi polarisasi di masyarakat kita. Di sinilah pentingnya kita mengajarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika," papar dia.

Baca Juga : Buka Orientasi Anggota DPD RI Periode 2024-2029, LaNyala Tekankan Pentingnya Kolaborasi dan Sinergi

Dijelaskannya, perbedaan adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang harus disikapi dengan baik. Perbedaan justru seharusnya menjadi kekuatan untuk bersama-sama dan bergotong-royong membangun bangsa.

"Perbedaan adalah kekuatan. Kalau perbedaan itu bisa disatukan dalam semangat kebersamaan, tentunya akan sangat berpengaruh besar untuk memajukan negara ini," tukasnya.

Baca Juga : KPU Surabaya Peringati Hari Lahir Pancasila, Bacakan Pidato dari Kepala BPIP

Diingatkannya, Indonesia pun merdeka lantaran perjuangan banyak kalangan dari beragam suku, agama, ras, golongan dan berbagai profesi. 

"Tentu kita ingat juga bahwa negara ini merdeka bukan oleh segelintir orang, namun andil dari banyak kalangan. Ada kiai, rohaniwan, raja dan sultan Nusantara, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan lain-lain. Sejarah ini tidak boleh kita lupakan," tutur La Nyalla. (ars/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait