Baca Juga : GosuGamers Bareng GRID Jangkau Komunitas Game yang Belum Terjamah
Portaltiga.com - Gerimis yang romantis hadir di Sidoarjo Art Center, Ahad 28 November 2021 mengiringi pertunjukan wayang dolanan oleh Komunitas Sastra Wayang Sarip yang berjudul Sih Sitangsu saking Terung. Malam itu hujan enggan berhenti setelah sore seluruh Sidoarjo diguyur hujan lebat, namun pertunjukan wayang dolanan tetap dilangsungkan. Wayang yang menyajikan kisah legenda Adipati Terung sebagai simbol pengetahuan kebhinekaan di akhir masa Majapahit. Pertunjukan syahdu yang berlangsung sekitar 2 jam, dimulai jam 19.30 itu dihadiri oleh masyarakat pecinta seni, budayawan Sidoarjo, mahasiswa Umsida, dan yang mengejutkan dihadiri oleh mahasiswa dari pelbagai kampus se-lndonesia. "Kebetulan kami sedang mengajar mata kuliah Modul Nusantara bagi mahasiswa pertukaran kampus merdeka, sehingga mahasiswa yang berjumlah sekitar 40 orang dari pelbagai Universita di lndonesia itu kami undang untuk belajar materi kebhinekaan dan inspirasi budaya. Sayangnya ketika siang kami GR cerah ketika malam hujan," kata Joko Susilo, sutradara pertunjukan. Baca Juga: PSPB Umsida Sajikan Jula-Juli Sambut Modul Nusantara Herdianto M.S. yang mendalang pada pertunjukan wayang tersebut menambahkan, pertunjukan ini sangat tepat untuk belajar kebhinekaan karena tokoh Adipati Terung atau Raden Kusen dikisahkan sebagai pemimpin yang melindungi rakyatnya yang kala itu agamanya bermacam-macam. Peristiwa budaya itu berlangsung atas kerjasama Dewan Kesenian Sidoarjo, Alumni Pakarsajen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Pusat Studi Pendidikan dan Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Tiga elemen budaya yang mendukung Komunitas Sastra Wayang Sarip mementaskan kisah-kisah legenda Sidoarjo bagi generasi muda supaya mengenal legenda dan budaya asli Sidoarjo. Andi Zairul Haq dari Universitas Islam Makassar mengatakan kegiatan modul nusantara yang diadakan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo di Dewan Kesenian Sidoarjo itu baik sekali. Mendatangkan tokoh budaya Sidoarjo, sehingga pesan dan ilmu tentang kebhinekaan dapat dipelajari dengan gembira. "Pada kegiatan wayangan di Dekesda sangat menarik karena pengalaman pertama melihat wayangan ternyata menarik walaupun menggunakan bahasa Jawa tapi saya tertarik menonton wayangan tersebut, katanya. (joko susilo/abi)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.