Umum

PPKM Terus Diperpanjang, Apa Kabar Penghuni Kebun Binatang

Baca Juga : Dian Ika, Pekerja yang Berbisnis Minuman Herbal hingga Jasa Cuci Baju

Portaltiga.com - Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terus diperpanjang. Terkinu, pembatasan ini terus diterapkan sampai 9 Agustus 2021 yang akan datang. Selama PPKM, kegiatan masyarakat semakin terbatas. Banyak tempat tutup, dari perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan, tempat olahraga, hingga ruang aktivitas sosial, juga tempat wisata. Sebagai salah satu tempat wisata yang biasanya ramai pengunjung, kebun binatang pun ikut ditutup. Karena tak ada pengunjung, otomatis pihak pengelola tidak memiliki pendapatan sedangkan ada karyawan yang harus diberi upah dan satwa yang harus terus makan serta mendapatkan perawatan kesehatan. Saat ini, ada kebun binatang yang masih bisa bertahan dan memiliki biaya untuk pakan satwa dan biaya operasional. Namun, tak sedikit pula kebun binatang yang tak sanggup lagi memberikan kebutuhan utama para satwa dan ribuan hewan kini terancam kelaparan. Berikut beberapa kabar satwa di kebun binatang dari berbagai daerah di Indonesia: Taman Margasatwa Ragunan Pihak pengelola Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta Selatan, Wahyudi Bambang, memastikan pemeliharaan terhadap ribuan satwa di sana tetap berjalan selama PPKM. Prinsipnya pemeliharaan satwa serta sarana dan prasarana terus berjalan pada saat PPKM. Dan bila nanti Ragunan dibuka, sudah siap, tinggal menunggu instruksi pimpinan dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan," kata Wahyudi. Selama PPKM, pihak TMR mengoptimalkan wisata virtual melalui siaran langsung di media sosial agar masyarakat bisa menikmati wisata satwa selama pembatasan sosial ini. Sangeh Monkey Forest Sangeh Monkey Forest di Bali merasakan imbas PPKM pada tempat wisatanya. Saat ini, 600 ekor monyet di sana terancam kelaparan. Manajer Operasional Sangeh Monkey Forest, Made Mohon, mengatakan bahwa sebelum PPKM pun kunjungan sudah jauh lebih sedikit dan kini objek wisata tutup. Kini, mereka tak mendapatkan pengahasilan sedikit pun, sedangkan setiap bulannya dibutuhkan biaya sekitar Rp15 juta untuk pakan monyet. Ditambah lagi, perlu biaya tambahan untuk kebersihan dan perawatan. Pengelola Sangeh Monkey Forest sampai harus membuat pengumuman di akun Instagram resminya @sangehonkeyforest untuk meminta bantuan berupa donasi makanan monyet. Kami membutuhkan uluran tangan teman dan saudara open donasi makanan monyet di obyek wisata Sangeh. Bagi yang berkenan menyumbang makanan monyet, bisa hubungi pengelola atau datang langsung ke obyek wisata Sangeh. Kebun Binatang Madiun Umbul Square Kebun binatang ini mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan 168 satwa karena penerapan PPKM. Pengelola kehilangan pemasukan untuk modal yang langsung berimbas pada perawatan satwa. Ada sejumlah satwa dilindungi yang ada di Kebun Binatang Madiun Umbul Square, seperti binturung, merak hijau, rusa tutul, buaya muara, kakatua jambul kuning, dan beruang madu. Akhirnya, pihak pengelola membuka donasi bagi masyarakat yang ingin membantu biaya pakan satwa, di antaranya buah-buahan, sayur, daging ayam segar, hingga obat-obatan. Kebun Binatang Bandung Bandung Zoological Garden (Bazoga) pun mengalami hal serupa. Marketing Communication Bazoga, Sulhan Syafii mengakui PPKM ini terasa berat bagi manajemen. Mereka kekurangan biaya, sedangkan kebutuhan pakan untuk 850 satwa dan biaya kesehatan mencapai Rp300 juta per bulan harus terus berjalan. Sebagai langkah awal, manajemen pun melakukan pemotongan gaji pada 84 karyawan. Sebagai informasi, harimau Sumatra setiap makan bisa menghabiskan daging sebanyak delapan kilogram, terdiri dari daging sapi dan ayam. Sedangkan kebutuhan macan tutul sekitar 3-4 kilogram daging. Belum lagi, Bazoga juga memiliki empat ekor singa dan tiga harimau benggala. Bahkan, pengelola sempat berencana mengorbankan 39 ekor angsa dan 30 ekor rusa sebagai makanan bagi macan tutul Jawa dan harimau Sumtera. Namun, rencana ini batal dilakukan karena segera mendapat bantuan berupa ayam dan sapi. Pada awal Juli 2021, Kebun Binatang Bandung membuat unggahan di akun Instagram-nya terkait donasi pakan dan kebutuhan satwa lain. Donasi yang dibutuhkan dapat berupa pakan seperti buah, daging, sayur, pelet herbivora, dan pur burung berkicau. Bisa juga obat-obatan dan perlengkapan medis. Wisata Hutan Mata Kucing Tak ada pemasukan, Wisata Hutan Mata Kucing di Sekupang, Batam, kini mati suri. Netty Herawati selaku pengelola, mengatakan bahwa dirinya sudah tak sanggup mempertahankan destinasi wisata yang sudah dikelolanya puluhan tahun itu. Bahkan sejak awal pandemi, kunjungan wisata sudah menurun dan keberadaan tim Satgas Covid-19 di sana membuat banyak pengunjung takut. Tak ada pengunjung artinya tak ada biaya untuk perawatan hewan. Karena situasi sudah tak memungkinkan, puluhan hewan terpaksa diangkut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I Riau Seksi konservasi wilayah II Batam sebagai upaya penyelamatan. Di antaranya ada empat ekor buaya, seekor burung kakatua, lima ekor beruk, dua ekor beruang madu, dan dua ekor elang bondol. Rijal, salah satu karyawan di Wisata Hutan Mata Kucing, mengaku saat ini masih mendapat tugas memberi makan hewan yang tersisa. Namun, jika biasanya diberi makan tiga kali sehari, saat ini hewan-hewan di sana hanya makan satu kali saja. Jogja Exotarium Jogja Exotarium, sebuah kebun binatang mini di Yogyakarta, melakukan protes terhadap pemerintah dengan melepaskan satwa dari kandang untuk mencari makan sendiri. Akbar Taruna, pemilik Jogja Exotarium, mengatakan aksi ini merupakan simbol protes kepada pemerintah karena adanya perpanjangan PPKM. Pelepasan sejumlah satwa tak lantas sepenuhnya dibebaskan, tetapi masih ada di kawasan Jogja Exotarium. Pada sore hari, hewan-hewan tersebut kembali ke kandang. Jogja Exotarium diketahui memiliki sekitar 350 hewan yang biasanya diberi makan oleh pengunjung yang datang. "Biasanya satwa kami itu kan dikasih makan pengunjung, karena kan mini zoo ini satwanya jinak dan bisa berinteraksi. Tapi karena PPKM tidak ada pengunjung otomatis mereka makannya tidak ada. Sehingga hari ini kita coba mereka dilepas di alam ini supaya mencari makan sendiri," ujar Akbar. (goodnewsfromindonesia/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait