Headline

Menunggu Kejutan Calon Independen di Pilkada Lamongan

Baca Juga : DPRD Jatim Apresiasi Forkopimda dan Penyelenggara Pilkada Serentak

Oleh: FA Rahman Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Lamongan 2020 tinggal menghitung hari. Tanggal 4 Desember 2020 yang ditetapkan KPU sebagai hari pencoblosan akan menjadi momen penentu bagi salah satu tiga pasangan calon  yaitu ; Kartika Hidayati-Saim (KarSa), Yuhronur Efendi-KH Abdul Rouf (YesBro), serta Suhandoyo dan Astiti Suwarni (Satu Hati) untuk memimpin Kabupaten Lamongan periode 2020-2025. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lamongan merupakan  satu kontestasi menarik, khususnya di Pilkada serentak tahun 2020 di Wilayah Jawa Timur. Pertama ; di antara tiga kontesten tersebut, Suhandoyo-Astiti maju dari kalangan independen degan dukungan gerakan masyarakat. Kedua, konstelasi dan konfigurasi politik dua pasangan calon lainnya yaiu; (KARSA dan YESBRO) sangat keras di mana aktor kunci dua pasangan calon tersebut merupakan kekuatan (terpecah) yang pernah berada dalam satu masa pemerintahan daerah. Kekuatan Terpecah Di Jawa Timur yang secara politis menjadi basis parpatai-partai politik maenstrem, paslon dari jalur independen bisa dikatakan langka, yaitu hanya di Jember dan Lamongan. Artinya, secara politis, pasangan tersebut memiliki massa pendukung yang tidak kecil, utamanya dari kalangan rakyat grass root - yang notebene tidak puas dengan kinerja calon incumbent Kartika Hidayati (Wakil Bupati) dan Yuhronur sebagai mantan SEKKAB. Kartika Hidayati yang didukung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam kontestasi pilkada Lamongan saat ini, setidaknya akan menghadapi tantangan dilematis. Kalangan Nahdiyyin, termasuk dari kalangan Muslimat NU di yang diharapkan dapat menjadi pendukung politis utama Kartika Hidayati bisa saja terpecah, karena politisi dari basis NU itu sendiri tersebar di sejumlah partai politik pendukung YesBro dan Calon Independen (Suhandoyo). Belum lagi friksi ideologis antara kelompok Nahdiyyin yang pro politik paktis dengan kelompok Nahdiyyin yang pro Khittah 1926. Selain itu, Suhandoyo yang secara struktural pernah berada di lingkaran elit PDI-Perjuangan Jawa Timur tidak bisa dipungkiri bahwa dia memiliki basis massa yang tidak kecil secara kultural di Lamongan. Dalam konstelasi ini, suara PDI-P tidak bisa dinafikan akan tergerus oleh kekuatan pendukung Suhandoyo. Sebagai catatan, pada Pilkada Lamongan 2015, pasangan Fadeli dan Kartika Hidayati memperoleh suara tertinggi (71,14%), mengalahkan pasangan Nursalim dan Edy Wijaya (26,30%), serta pasangan Mujianto dan Sueb (2,57%). Kemenangan Fadeli-Kartika Hidayati tersebut, tidak bisa dilepaskan dari pengaruh politik Fadeli yang memang malang melintang dalam gelangggang politk di Lamongan dengan berbagai dukungan underbow  partai politik dari 8 partai politik pendukung saat itu. Kini, konstelasinya berubah, partai-partai pendukung Fadeli berada dalam barisan Yesbro, sehingga kekuatan yang pernah bersatu pada Pilkada 2015, terpecah. Sementara, pada Pilkada 2010, perolehan suara Suhandoyo yang berpasangan dengan Kartika Hidayati tidak kecil dengan angka  238.816 suara, kalah tipis dari pasangan Fadeli-Amir Syaifuddin yang memperoleh 253.997 suara. Dengan visi-misinya yang merakyat, mendukung kepentingan dunia usaha, UMKM dan kalangan anak muda (milenial), selain basis massanya yang loyal, maka, Suhandoyo Astiti yang didukung kekuatan rakyat bisa menjadi kuda hitam dalam Pilkada Lamongan 2020. Jika pasangan calon independen memenangi kontestasi Pilkada Lamongan 2020, maka akan menjadi catatan sangat penting bagi sejarah partai partai politik maenstrem, khususnya di Kabupaten Lamongan dan Jawa Timur pada umumnya. Artinya, independensi partisipasi politik pemilih maupun kandidasi tanpa aliansi dengan partai politik - dalam proses demokrasi di Kabupaten Lamongan 2020 bisa menjadi barometer bagi kematangan berdemokrasi masyarakat di Jawa Timur. *)Pengamat politik  

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait