Perayaan Meriah Grebek Suro Ponorogo 2017

Baca Juga : Cara Mengolah Sampah 100 Ton di TPA Mrican Ponorogo agar Tak Menggunung

Portaltiga.com - Perayaan grebek suro di Ponorogo tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. hal ini karena perayaan grebeg suro dijadikan satu dengan perayaan HUT Ponorogo. Dalam perhelatan tahunan ini, warga Ponorogo juga lebih dimanjakan dengan durasi Festival Reyog yang durasinya lebih lama. Sehingga, hal ini menunjukkan kesan megah dan lebih meriah. "HUT Ponorogo yang identik dengan perayaan dengan festival reyog mini. Dan grebeg suro identik dengan Festival Nasional Reyog Ponorogo, kita jadikan, satu," kata Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, Selasa (12/9/2017) malam. Dia mengaku, keduanya merupakan upaya dari Pemkab Ponorogo. Upaya memepertahankan dan memelihara budaya asli Ponorogo yakni Reyog Ponorogo. "Kegiatan ini bagian dari untuk terus menciptakan generasi penerus. Untuk festival reyog mini, diikuti oleh siswa sd dan smp. Jelasber itu regenarasi," tambahnya. Sementara, untuk Festival Nasional Reyog, diikuti oleh siswa SMA dan umum Ipong menjelaskan, dari tahun ke tahun, dirinya sangat gembira. Bagaimana tidak, dari tahun ke tahun peserta terus meningkat. Antusias siswa terus bertambah. Sehingga dia percaya diri jika budaua reyog tetap akan ada sampai kapanpun juga. "Tak perlu khawatir. Dengan adanya peningkatan peserta, berarti budaua tetap terjaga. Tidak mungkin diambil Malaysia. Seperti yang sempat geger beberapa tahun silam," tegasnya. Dia membeberkan untuk peserta, festival Reyog mini mencapai 30 peserta. Dengan rincian, 21 Kecamatan dan 9 lainnya dari sekolah. Sementara, Festival Nasional Reyog Ponorogo ke 24 diikuti 26 peserta. 13 peserta dari dalam Ponorogo dan 13 lain dari luar Ponorogo. "Mohon maaf yang tidak bisa tampil. Kami punya wakti terbatas. Semoga tahun depan bisa bergabung bersama kami," katanya. Dia mengaku, sesungguhnya festival ini merupakan media yang disediakan Penkab Ponorogo dalam rangka memboomingkan Reyog Ponorogo. Kemasannya lebih bagus. Karena, sejak ratusan tahun lalu, namanya grebeg suro di Ponorogo masyarakat sudah kenal. Dari pelosok desa berbondong-bondong, berjalan ke alon-alon, melekan. "Mereka ada yang membawa reyog. Ada pula yang sekedar dstang, berkumpul dan berdoa. Ini merupakan wujud Pemkab Ponorogo. Dan sudah 24 tahun," tambahnya. Selain itu, lanjut dia, moment HUT dan Grebeg Suro dijadikan satu akan menambah daya tarik wisata. Karena dibarengi dengan bangkitnya desa wisata di Ponorogo "Orang sekarang tidak hanya kenal telaga Ngebel. Tapi ada air terjun dan gunung yang berada di Ponorogo. Orang ke Ponorogo bisa ke Pulung, Karangpatihan, Sooko, Ngrayun maupun yang lain," tegasnya. Portaltiga.com - Perayaan grebek suro di Ponorogo tahun ini sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. hal ini karena perayaan grebeg suro dijadikan satu dengan perayaan HUT Ponorogo. Dalam perhelatan tahunan ini, warga Ponorogo juga lebih dimanjakan dengan durasi Festival Reyog yang durasinya lebih lama. Sehingga, hal ini menunjukkan kesan megah dan lebih meriah. "HUT Ponorogo yang identik dengan perayaan dengan festival reyog mini. Dan grebeg suro identik dengan Festival Nasional Reyog Ponorogo, kita jadikan, satu," kata Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, Selasa (12/9/2017) malam. Dia mengaku, keduanya merupakan upaya dari Pemkab Ponorogo. Upaya memepertahankan dan memelihara budaya asli Ponorogo yakni Reyog Ponorogo. "Kegiatan ini bagian dari untuk terus menciptakan generasi penerus. Untuk festival reyog mini, diikuti oleh siswa sd dan smp. Jelasber itu regenarasi," tambahnya. Sementara, untuk Festival Nasional Reyog, diikuti oleh siswa SMA dan umum Ipong menjelaskan, dari tahun ke tahun, dirinya sangat gembira. Bagaimana tidak, dari tahun ke tahun peserta terus meningkat. Antusias siswa terus bertambah. Sehingga dia percaya diri jika budaua reyog tetap akan ada sampai kapanpun juga. "Tak perlu khawatir. Dengan adanya peningkatan peserta, berarti budaua tetap terjaga. Tidak mungkin diambil Malaysia. Seperti yang sempat geger beberapa tahun silam," tegasnya. Dia membeberkan untuk peserta, festival Reyog mini mencapai 30 peserta. Dengan rincian, 21 Kecamatan dan 9 lainnya dari sekolah. Sementara, Festival Nasional Reyog Ponorogo ke 24 diikuti 26 peserta. 13 peserta dari dalam Ponorogo dan 13 lain dari luar Ponorogo. "Mohon maaf yang tidak bisa tampil. Kami punya wakti terbatas. Semoga tahun depan bisa bergabung bersama kami," katanya. Dia mengaku, sesungguhnya festival ini merupakan media yang disediakan Penkab Ponorogo dalam rangka memboomingkan Reyog Ponorogo. Kemasannya lebih bagus. Karena, sejak ratusan tahun lalu, namanya grebeg suro di Ponorogo masyarakat sudah kenal. Dari pelosok desa berbondong-bondong, berjalan ke alon-alon, melekan. "Mereka ada yang membawa reyog. Ada pula yang sekedar dstang, berkumpul dan berdoa. Ini merupakan wujud Pemkab Ponorogo. Dan sudah 24 tahun," tambahnya. Selain itu, lanjut dia, moment HUT dan Grebeg Suro dijadikan satu akan menambah daya tarik wisata. Karena dibarengi dengan bangkitnya desa wisata di Ponorogo "Orang sekarang tidak hanya kenal telaga Ngebel. Tapi ada air terjun dan gunung yang berada di Ponorogo. Orang ke Ponorogo bisa ke Pulung, Karangpatihan, Sooko, Ngrayun maupun yang lain," tegasnya. (bjc/tea)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait
Berita Terpopuler
Berita Terbaru