Baca Juga : DPRD Paripurnakan Empat Nama Calon Unsur Pimpinan Definitif Legislatif Surabaya
Portaltiga.com - Ceruk pemilih anak muda atau milenial perlu di Surabaya menjadi daya tarik tersendiri dalam Pilwali Surabaya. Hal ini pula yang juga menjadi perhatian Machfud Arifin dan timnya. Melalui acara 'Cangkruk Bareng Milenial' dengan tema 'What's Next Surabaya', tim bakal Calon Walikota Surabaya itu, berusaha menggaet ceruk pemilih milenial pada Selasa (04/08/2020) malam. Dalam cangkrukan ini, para milenial diajak untuk menyampaikan aspirasi mereka masing-masing jika Machfud Arifin terpilih sebagai Wali Kota Surabaya. Setidaknya ratusan milenial yang hadir mayoritas bertanya apa yang akan mereka dapatkan bila Machfud terpilih sebagai wali kota. Karena selama ini, mereka merasa bahwa kaum milenial cenderung 'dipinggirkan' oleh birokrasi pemerintah. Apalagi banyak dari mereka merupakan pegiat ekonomi kekinian alias Start-Up digital. Mereka curhat ke tim pemenangan Machfud Arifin, bagaimana mereka bisa survive di Kota Surabaya yang masih belum ramah dengan ekonomi digital. Mereka merasa Surabaya belum se-garang Jakarta dalam merangkul dan menjadi tempat berkembangnya ekonomi digital. Padahal di kota Surabaya, tak sedikit pegiat start-up yang merintis usahanya. "Pemkot masih belum ada ke-proaktifan kepada start-up ini. Sehingga kami banyak yang strugling merintis usaha ini," kata mereka. Dalam acara tersebut, hadir pula Ketua DPD Partai Golkar Surabaya Arif Fathoni, Ketua Tim Pemenangan Machfud Arifin Miratul Mukminin, dan juga Founder dan CEO Kebab Baba Rafi Hendy Setiono. Atas curhat dan wadul yang disampaikan oleh para milenial itu, penggagas acara yang sekaligus Direktur Kampanye Milenial tim MA, Juliana Evawati mengatakan, acara milenia cangkruk bareng merupakan inisiasi Machfud untuk memberi ruang kepada milenial. Acara ini sengaja dikemas santai agar mereka bisa menyampaikan aspirasinya. "Ini acara dan ruangnya milenial sekali. Mereka bisa menyampaikan aspirasinya. Ada kawan-kawan startup juga yang kurang mendapat perhatian selama ini," kata Juliana yang akrab dipanggil Jeje ini. Jeje menilai selama ini startup milenial belum mendapat payung hukum di Perda. Karenanya, para milenial menuntut adanya spesifikasi perda bagi mereka yang akan memulai berbisnis startup. "Kan memang selama ini adanya Perda untuk usaha mikro. Jadi mereka ingin ada Perda yang spesifikasi untuk startup," jelasnya. Senada dengan Jeje, Arif Fathoni yang juga merupakan salah satu pembicara dalam acara itu menyampaikan, ia heran hingga saat ini belum ada atensi khusus dari Pemkot Surabaya terkait pemuda. Padahal mereka adalah generasi penerus. Alasan inilah yang membuat para pemuda, bingung terkait masa depan kotanya dan dirinya. Itulah kenapa, kini para pemuda mulai mencari sosok alternatif yang bisa membantu mengembangkan bakat dan usaha yang mereka punya. "Saya melihat antusiasme tinggi mereka, terhadap kepemimpinan alternatif setelah sekian lama dipimpin oleh Bu Tri Rismaharini. Pak Machfud Arifin adalah jawaban bagi mereka," kata Toni. Selain itu, Toni menilai dengan ramainya acara Cangkruk Bareng Milenial kali ini, adalah bukti bahwa para pemuda Surabaya ingin turut andil dalam pembangunan kota. Ini bukti bahwa anak muda bukan lagi tak peduli politik. "Kita memang ingin mereka melek politik. Tapi hari ini membuktikan bahwa, milenial sudah tidak lahi apolitis karena mereka sudah mau berdiskusi soal politik. Mudah-mudahan bisa disempurnakan oleh pak Machfud Arifin dalam periode mendatang keinginan mereka," katanya. (tea/tea)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.