Baca Juga : Risma Pantau Pendangkalan Sungai di Kota Madiun, Punya Solusi Begini
Oleh: M Mufti Mubarok Kabar Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mendapat restu dari Megawati, bukanlah hal signifikan. Pasalnya, hampir semua Pilgub se-Indonesia kemarin, PDIP sebagai partai penguasa gagal menang. Lihat DKI dan Banten serta provinsi besar lainnya. Untuk Jatim, dua kali PDIP ikut pilgub hasilnya peringkat tiga. Dan PKB dua kali ikut pilgub di Jatim hasilnya peringkat dua. Mengapa PDIP dan PKB kurang menarik? Jawabanya tentu kedua partai ini kurang total untuk pigub. Orientasinya hanya untuk legislatif. Karena legislatif sangat beda dengan pilgub. Legislatif butuh proaktif. Pilgub butuh interaktif. Bila sekarang Gus Ipul maju cagub, sejatinya waktu sudah lewat. Mestinya Gus Ipul maju pilgub pemilu lalu. Artinya banyak sekali pilgub di mana-mana wakil gubernur maju jadi gubernur kurang banyak yang berhasil. Karena sejatinya wakil itu kurang berfungsi . Lalu siapa yang berpeluang? Yang berpeluang adalah tetap poros tengah. Partai partai tengah yang lincah memainkan manuver-manuver atraktif. Gerinda, Golkar, PKS, PAN dan PPP. PPP adalah partai yang akan menjadi penentu. Pengalaman mengusung calon baru di beberapa provinsi menang lihat DKI dan Banten. Jadi siapa yang berpeluang? Jika Gus Ipul dan Khofifah sama-sama maju, maka NU tidak bersatu. Calon alternatif dan potensial seperti La Nyalla akan berpeluang. La Nyalla tokoh nasionalis, bisa mengambil suara NU yang swingnya cukup besar. Bila dipaksakan dua atau tiga pasangan, maka peluang cawagub menjadi penentu. Cawagub yang paling potensi adalah Hasan Aminuddin, Tri Risma, Azwar Anas. Disusul Kanang, Ipong, Emil Dardak, dan Masfuk. Jadi intinya di samping perang partai dan perang cagub, perang cawagub sangat menentukan. Karena suara cawagub menjadi penentu. Setidaknya ada 4 hal yang menjadi penentu kemenangan Pilgub Jatim. Pertama, yang memiliki dana. Kalau dibandingkan secara individu. Gus Ipul, Khofifah dan La Nyalla, maka Khofifah dan La Nyalla paling berpeluang. Gus Ipul biasa-biasa. Kita belum tahu siapa bandar Gus Ipul. Kedua, dari dukungan partai. Gus Ipul paling berpuang. Disusul Khofifah dan La Nyalla. Ketiga, harus di didukung Pakde Karwo. Bagaimana pun peran Pakde Karwo sangat dominan. Mesti Pakde Karwo agak congdong ke Gus Ipul tapi ia juga main mata dengan Khofifah dan La Nyalla. Artinya bisa bisa Pakde Karwo malah netral. Tergantung arah angin. Dan tingkat save-nya dukungan Pakde Karwo masih di last minute. Kempat, secara kultur Gus Ipul menguasa sebagian Ansor dan NU struktur. Sementara Khofifah lebih mengusai Muslimat dan Fatayat serta NU kultur. Sedangkan La Nyalla bisa bergerak ke mana-mana, baik dari NU maupun eleman lannya. Jadi yang diuntungkan La Nyalla. Kesimpulan sementara, dari tiga bacagub Jatim itu, sangat berpeluang semuanya. Tergantung Tsunami politik di tiga bulan terakhir nanti. Salam Pilgub Jatim. *Penulis adalah Direktur Lembaga Survei Regional (LSR).Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.
URL : https://portaltiga.com/baca-2767-poros-pkb-pdip-bukan-penentu-pilgub-jatim