Intermezzo

Gelar Dolanan Lawas, Waroeng Joglo Merah Putih Perangi Candu Gadget

Portaltiga.com - Banyak anak-anak yang kini sudah kecanduan gadget. Selama masa pandemi Covid-19, konsumsi gadget juga terus bertambah. Kondisi itu mengurangi berbagai interaksi anak-anak serta mengurangi fokus dalam belajar dan bermain. Untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, Waroeng Joglo Merah Putih (JMP) bersama Kampoeng Dolanan mengelar Festival Dolanan Jadoel yang melibatkan berbagai anak-anak di Surabaya dan sekitarnya, Minggu (31/7/2022). Berbagai dolanan anak jadul seperti Sleboran, Ampar-ampar Pisang, Cublak-cublak Suweng, Bentengan, Hulahop, Dakon, Bekel sampai Boy-boyan digelar dengan sukacita oleh anak-anak. Pengelola Waroeng JMP Aan Haryono menuturkan, dolanan jadoel menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pertumbuhan anak-anak di Indonesia. Banyak hal baik yang bisa diserap dari permainan dolanan jadoel. Salah satunya melatih kerjasama, solidaritas serta keceriaan anak. Hal baik dari dolanan anak jadoel itu yang ingin kita lestarikan bersama. Kondisi saat ini di tengah percepatan teknologi membuat banyak anak memilih gadget sebagai teman bermain. Namun sekali lagi permainan jadoel tak akan musnah dan terus bisa dilestarikan, katanya. Di usia emas anak, katanya, menjadi fase yang tepat untuk bisa mengenal serta membuat mereka bahagia melalui permainan jadoel. Banyak warisan dari nenek moyang dulu tentang permainan anak yang tak akan lekang oleh zaman. Pihaknya pun menyediakan berbagai mainan jadoel yang bisa dinikmati setiap hari di Waroeng JMP. Dolanan jadoel menjadi warisan yang harus terus dirawat. Sekaligus menjaga tradisi baik untuk anak-anak, karena anak adalah investasi masa depan, ungkapnya. Ketua Kampoeng Dolanan Mustofa Sam mengatakan, melalui dolanan, anak-anak bisa belajar disiplin, taat aturan, berbagi, kerja sama, ikhlas, dan menerima. Mereka juga bisa belajar berbesar hati, bahagia, jujur, dan diplomasi. Termasuk juga memimpin, mengikuti. Ada ajaran kebaikan yang bisa dipelajari dari dolanan, katanya. Ia pun percaya, permainan tradisional bisa mengembalikan memori kolektif anak-anak dan masyarakat terhadap nilai-nilai luhur kehidupan. Sehingga bisa untuk terus dilestarikan dan dijaga. (wan/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait