Baca Juga : DPRD Surabaya Minta Pemkot Atasi Pengangguran Dengan Program Detil dan Konkret
Portaltiga.com - Ilmuwan di Singapura memperbaharui prediksi akhir wabah Corona di Indonesia. Awalnya, wabah corona diramal akan berakhir Juni 2020. Kini, diramal jadi molor ke September. Mundurnya akhir pandemi ini ditenggarai karena belum maksimalnya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hasil penelitian Singapore University of Technology and Design (SUTD) awal April lalu memprediksi, wabah corona di Indonesia akan berakhir 6 Juni. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sejumlah universitas di Tanah air bahwa puncak pandemi ada di Mei dan berakhir di Juni. Berbagai hasil penelitian ini membuat pemerintah optimis, wabah akan berakhir Juli. Seperti yang dilaporkan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Letjen Doni Monardo, kepada Presiden Jokowi, awal pekan ini. Apalagi penambahan jumlah pasien positif Covid-19 mulai melandai. Berangkat dari kajian itu, pemerintah sudah melakukan ancang-ancang pelonggaran atau relaksasi PSBB. Membuka lagi tempat wisata dan sebagainya. Teranyar, pemerintah sedang mengkaji memindahkan cuti bersama Lebaran ke Idul Adha. Di tengah rencana itu, STUD merevisi hasil penelitiannya. Dari data teranyar menyebutkan, pandemi di Indonesia akan berakhir total pada September nanti. Hasil penelitian itu menyebut, 97 persen pandemi di Indonesia akan selesai pada 13 Juni 2020, 99 persen pada 1 Juli 2020, dan 100 persen pada 23 September 2020. Di Singapura, pandemi diprediksi selesai 100 persen pada 12 Juni 2020. Dalam hasil penelitiannya, Profesor SUTD, Jianxi Lou, mengatakan, prediksi pada dasarnya tidak pasti. karena itu, hasil penelitian mereka harus diperlakukan secara hati-hati. Terlalu optimis bisa berbahaya. Karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, yang seharusnya dihindari, tulis SUTD, dalam situsnya. BACA JUGA: Pandemi Corona 7 Negara Ini Kelar Mei 2020, Indonesia? Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, hasil penelitian SUTD itu harus jadi masukan bagi pemerintah. Agar jangan salah mengambil kebijakan. Dari penelitian itu mestinya pemerintah konsisten penerapkan PSBB. Selama belum ada penurunan kasus Covid-19, ia meminta pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan relaksasi PSBB. Sampai saat ini, Pandu melihat, kasus baru masih tinggi. Belum ada tanda-tanda kurva menurun. Jadi belum tahu kapan wabah ini berakhir, katanya, kemarin. Dia bilang, pelonggaran PSBB sebaiknya dilakukan setelah jumlah kasus baru menurun. Untuk saat ini, sebaiknya pemerintah membuat kebijakan kriteria atau standar yang harus dicapai untuk membuat kebijakan relaksasi PSBB. Pemerintah harus menyusun mekanisme melepas pembatasan secara bertahap. Tim Simulasi Covid-19 Indonesia (SimcovID) dari ITB juga memprediksi hal serupa. Puncak pandemi Covid-19 di Indonesia bisa melebihi Agustus 2020. Kepala Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi ITB, Nuning Nuraini, memgatakan, puncak pandemi di Indonesia sebenarnya bisa saja terjadi pada pertengahan Mei ini. Syaratnya, contact index hanya 10 persen. Artinya, setiap orang selama pandemi ini hanya melakukan kontak dengan orang lain sebesar 10 persen dari situasi normal. Namun, kata Nuning, untuk kondisi Indonesia, hal itu sulit dicapai. Prediksi Tim SimcovID bahwa puncak pandemi di Indonesia pada Agustus mendatang berdasarkan asumsi bahwa contact index saat ini sebesar 27 persen. Bila contact index pada hari-hari mendatang bertambah, puncak pandemi akan mundur. Kuncinya ada pada disiplin dan kepatuhan warga dalam menjalankan protokol kesehatan dan kebijakan PSBB. Terbukti, dari data Gugus Tugas, daerah-daerah yang secara ketat melaksanakan pembatasan sosial, penambahan kasus baru Covid-19 cenderung menurun. Jadi kuncinya disiplin. Jangan ngeyel. Kami terus mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk melaksanakan PSBB atau kebijakan serupa, terutama di daerah daerah yang masih tinggi jumlah total kasus Covid-19, ujarnya. Bahkan, bila perlu, seluruh provinsi di Jawa menerapkan PSBB. Sebab, sekitar 56 persen dari 270 juta penduduk Indonesia berada di Jawa. Dia berharap, Pemda dibantu TNI dan Polri bersikap tegas pada warga yang tidak patuh PSBB, menjaga jarak, dan melaksanakan protokol kesehatan. Aparat jangan takut bila ada yang protes, karena yang dilakukan untuk keselamatan seluruh warga negara Indonesia. Pada intinya, tambah dia, jangan lengah. Data-data yang menunjukkan penurunan kasus baru Covid-19 jangan membuat kita lalai dan mengabaikan aturan-aturan yang telah ditetapkan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19. kita harus patuh dan tetap disiplin. Ini memang berat, terutama bagi sebagian masyarakat yang terdampak akibat kebijakan PSBB. Namun, jika kita sabar dan tetap disiplin, badai Covid-19 ini akan berlalu dan kita bisa segera beraktivitas seperti biasa, pungkasnya. (rmco/abi)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.