Dewan Minta Pemkot Siapkan Alat Pecah Ombak di Pesisir Pantai

Portaltiga.com - Adanya ombak tinggi di pesisir pantai Surabaya mendapat perhatian dari kalangan dewan. Komisi C DPRD Kota Surabaya menyarankan, agar Pemkot Surabaya segera memiliki alat pecah ombak, untuk antisipasi banjir rob di kawasan Bulak Cumpat dan Nambangan Surabaya. Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Baktiono menjelaskan, alat pecah ombak merupakan perangkat untuk memecah gelombang ombak yang terjadi karena angin kencang. Sehingga, saat terjadi gelombang tinggi, air laut tidak sampai menghantam permukiman warga disekitar pantai. Bentuk alatnya segitiga raksasa dengan bahan baku beton. Untuk secepatnya kita beli alat pecah ombak, Pemkot Surabaya bisa bekerjasama dengan Pemprov Jatim, bahkan jika perlu ke pemerintah pusat, ujarnya. Politisi PDI Perjuangan ini menjelaskan, kejadian Rabu malam lalu (11/11) di pantai Kenjeran menyebabkan gelombang air laut tinggi karena angin kencang menghantam pinggiran pantai, hingga perkampungan penduduk di sekitar Kenjeran, sehingga banyak rumah penduduk yang terendam air. Banyak juga perahu nelayan yang hancur terempas gelombang. Banyak warga Kenjeran yang melapor ke kami. Komisi C menyarankan Pemkot Surabaya memiliki alat pecah ombak,sarannya. Baktiono menerangkan, saat ini Komisi C sudah memasukkan rencana pembelian alat pemecah ombak dalam postur Raperda APBD Kota Surabaya tahun 2021. Namun, untuk nilai anggarannya masih digodok di dewan. Yang pasti, anggaran untuk membeli alat pemecah ombak sudah kita usulkan dalam APBD tahun 2021,tegas Baktiono. Dirinya kembali mengatakan, dalam waktu dekat yang perlu dilakukan Pemkot Surabaya memang harus segera membeli alat pecah ombak, agar kejadian Rabu malam (11/11) di Kenjeran tidak terjadi lagi. Apalagi sudah memasuki musim penghujan dan angin kencang, jadi harus antisipasi dini terhadap bencana rob atau air laut pasang," ungkapnya. Peristiwa angin kencang dan gelombang pasang mendera pesisir timur Surabaya diperkirakan masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Masyarakat pun dihimbau lebih waspada. Kepala BMKG Maritim Kelas II Tanjung Perak, Taufiq Hermawan mengatakan, fenomena itu disebabkan adanya perbedaan tekanan udara antara wilayah utara dan selatan Katulistiwa yang cukup signifikan. Akibatnya, kondisi medan angin secara regional menunjukkan pola fetch. Artinya, angin dengan arah konstan dalam area luas yang cukup panjang. Potensi peningkatan kecepatan angin semakin tinggi di sekitar pesisir, ujarnya. Berdasarkan data medan angin jam 12 UTC tanggal 11 November 2020, kata Taufiq, perbedaan tekanan mencapai 12 mb, di mana nilai tekanan di wilayah selatan mencapai 1020 hPa, sedangkan di sebelah barat Sumatera hanya 1006 hPa. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan hembusan fetch, terutama yang masuk celah Selat Madura. Terkait gelombang tinggi, Taufiq menjelaskan bahwa beberapa waktu ini memang kondisi pasang air laut maksimum menunjukkan peningkatan. Nah, pasang maksimum harian setinggi 80 110 cm dari MSL (Mean Sea Level : rata-rata tinggi muka air laut) termonitor terjadi mulai pukul 20.00-21.00 WIB. Ketinggian pasang maksimum harian diprediksi akan mengalami peningkatan lebih tinggi mencapai 130 cm dari MSL pada tanggal 15-17 November 2020. Peningkatan kecepatan angin di pesisir timur Surabaya, memicu terjadinya peningkatan tinggi gelombang dalam skala lokal mencapai 1 meter. Kemudian bertepatan dengan pasang air laut maksimum, sehingga dapat menyebabkan banjir rob lebih tinggi di pesisir timur Surabaya, urainya. (adv/tea)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait
Berita Terpopuler
Berita Terbaru