Baca Juga : Menpora Tutup Turnamen Esport, Victim Juara I
Portaltiga.com - Gelar Doktor Honoris Causa (HC) bidang Kepemimpinan Pemuda Berbasis Agama dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Kamis (14/9/2017) resmi diterima Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, H Imam Nahrawi. Sebelum menerima gelar kehormatan dari kampus yang berada Jalan Ahmad Yani No.117, Jemur Wonosari, Wonocolo Surabaya itu, alumni Jurusan Pendidikan Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah ini menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Jihad Kebangsaan; Peran Pemuda dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan" dalam Rapat Terbuka Senat UINSA di gedung sport center kampus setempat. Orasi ilmiah Imam Nahrawi ketika di podium memaparkan tiga bagian diantaranya Sudut Pandang Islam Melihat Pemuda, Tantangan Kepemudaan Masa Kini, dan Jihad Kebangsaan Pemuda. "Pertama Sudut Pandang Islam Melihat Pemuda yang dimaksud adalah setiap perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan dan bernegara, hampir dipastikan aktornya tidak bisa dipisahkan dari peran para pemuda. Jadi, jiwa muda yang secara psikoligis itu berkecendurungan menginginkan hal yang baru. Tentunya anti kemapanan (status quo) menjadikan pemuda sangat mudah untuk menjadi pelopor perubahan," papar Imam di hadapan Rektor, dekan, mahasiswa dan seluruh Civitas akademika yang memadati lokasi sidang senat. Namun dalam perjalanan saat ini, Imam mengatakan. Masih terdapat tiga tantangan terbesar. Pertama, bahaya desdruktif pemuda dimulai dari penyalahgunaan narkoba, radikalisme dan terorisme, pergaulan bebas serta hedonisme. "Kedua, rendahnya kompetensi pemuda untuk bersaing di kancah global. Merujuk pada data BPS tahun 2015 menyebutkan, jumlah pemuda yang lulus sarjana hanya sekitar 4,6 juta dari toral 63 juta artinya tidak lebih 8% yang lulus. Sedangkan, prediksi Kemenristekditi, sampai 2030, lulusan sarjana tidak akan lebih dari 13%. Padahal Malaysia, sekarang saja sudah sampai 22%," tambah Nahrawi. Ia mengatakan, tantangan Indonesia pada tahun 2020-2035 yakni akan mengalami bonus demografi. Namun jika hal itu tidak dikelola, Imam memastikan dampak yang akan di hadapi negara ini diantaranya ancaman tingkat pengangguran dan juga lonjakan tenaga produktif yang akan hanya jadi beban negara. "Pada 2015 lalu, BPS menyebutkan, masih sekitar 36,6% pemuda berstatus setengah menganggur (kadang kerja, kadang tidak). Lalu, 12,4% pemuda Indonesia merupakan pengangguran. Jika dikaitkan dengan bonus demografi Indonesia pada 2020-2035 nanti malab menjadi akan menjadi tantangan sekaligus ancaman dan beban negara," tuturnya. Ketiga, kemajuan teknologi dan informasi. Dalam sosial media misalnya, terdapat pengaruh positif sekaligus negatiflpa (semisal, kabar hoax, pornografi, dan lainnya). Menanggapi tantangan dan ancaman pemuda ini, Imam Nahrawi yang menjabat Menpora sejak 2014 ini mengambil berbagai macam langkah dan strategi. "Saya menyebutnya dengan 'Jihad Kebangsaan Pemuda' dan ini diarahkan untuk tiga hal. Di antaranya, memperkuat karakter pemuda, meningkatkan daya saing pemuda dan menjadikan media sosial sebagai alat membangun peradaban," terang Nahrawi. Ia mencontohkan, untuk meningkatkan daya saing pemuda, Imam Nahrawi menginisasi program Pelatihan Industri Manufaktur bagi pemuda, program Pemuda Pelopor Pertanian berbasiskan sumber daya lokal. "Saya juga memperluas program S2 untuk aktivis organisasi kepemudaan di sembilan Perguruan Tinggi Negeri," tambah Nahrawi. Direktur Pascasarjana UINSA Prof Husein Aziz sekaligus promotor mengatakan pemberian gelar Doktor Honoris Causa (HC) ini berdasarkan kajian-kajian akademik yang dilakukan oleh UINSA. "Banyak gagasan-gasan besar yang dihasilkan oleh Imam Nahrawi, karena pak Imam selalu berupaya keras untuk mengintegrasikan antara sains dan agama di setiap pengambilan keputusannya," ungkap Husein. Sementara itu, Rektor UINSA Prof Abdul Ala mengatakan bahwa Imam Nahrawi ini merupakan orang ke dua yang menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Uinsa. "Memang di Uinsa tidak memiliki prodi olahraga namun koperasinya tentang ke Islaman dan gelar ini sebenarnya diajukan oleh masyarakat dan kami melakukan penyeleksian," tandas Prof Abdul Ala. (bjc/tea)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.