Baca Juga : Penertiban Sering Diprotes, PPKM Darurat Kurang Sosialisasi
Portaltiga.com - Memasuki pekan ketiga pelaksanaan PPKM Darurat di Jawa-Bali, DPRD Jatim memberikan evaluasi bahwa PPKM Darurat. Khususnya di Jatim yang sukses mengurangi mobilitas masyarakat. Namun belum bisa menurunkan sebaran Covid-19. Artinya, hasilnya tidak berbanding lurus. "Kenapa mobilitas masyarakat turun tapi sebaran kasus Covid-19 justru semakin banyak. Padahal bersamaan dengan PPKM Darurat juga digencarkan vaksinasi untuk mempercepat herd immunity," ujar Kusnadi saat dikonfirmasi Jumat (16/7/2021). Menurut Kusnadi saat ini yang perlu di waspadai klaster keluarga. Sebab dari data yang ada klaster keluarga menjadi klaster yang banyak menjadi faktir naiknya positif rate di Jatim. Di sisi lain, fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat kata Kusnadi juga terbatas, sehingga tak sanggup menampung jumlah pasien terpapar Covid-19 secara keseluruhan. Oleh karenanya pemerintah menganjurkan isolasi mandiri bagi OTG. "Isolasi mandiri patut diduga menjadi penyebab kluster keluarga mendominasi kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Jatim sehingga kasus Covid-19 terus meningkat," tegasnya. Dengan hal itu, pria yang juga ketua DPD PDI Perjuangan Jatim ini menyarankan supaya program percepatan vaksinasi Covid-19 di Jatim difokuskan berbasis pada keluarga bukan individu lagi. Mengingat, vaksinasi berbasis individu kurang efektif untuk menekan sebaran Covid-19. "Dengan semakin banyaknya keluarga tangguh yang terbentuk karena sudah divaksin, otomatis akan terbentuk lingkungan yang tangguh, desa tangguh dan kabupaten/kota yang tangguh hingga Indonesia tangguh dan bisa mengatasi Covid-19," ungkapnya dengan penuh optimis. Apalagi dengan konsep isolasi mandiri yang banyak dilakukan pada orang terpapar saat ini kata Kisnadi juga menjadi kendala bila keluarga yang ada disekitar untuk merawat belum tervaksin. Misal lanjut Kusnadi, bila kepala keluarga terpapar dan melakukan isolasi mandiri maka yang terjadi istri dan anak serta keluarga yabg ada dirumah tersebut tidak mungkin tidak merawat, mereka pasti merawat. "Ironisnya akibat yang tervaksin hanya satu dua dari lima anggota keluarga yang ada, maka kemungkinan akan tertular semakin besar terjadi dibkekuarga yang tervaksin," ungkapnya. "Yang ironis ada juga keluarga yang tertular Covid lalu melakukan isoman, kemudian satu keluarga tersebut banyak yang terpapar dan meninggal, itu karena yang mendapat vaksin hanya sebagian kecil dari anggota keluarga yabg ada disitu," lanjutnya. Soal teknis vaksinasi berbasis keluarga, Kusnadi mengatakan bisa dilayani dengan memanfaatkan puskesmas jika tenaga kesehatan jumlahnya terbatas. "Jadi vaksinasi Covid-19 itu baru bisa dilayani jika melibatkan seluruh keluarga bukan individu. Saya optimistid PPKM Darurat tahap II hasilnya akan lebih optimal jika dibantu vaksinasi berbasis keluarga," pungkasnya. (ars/abi)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.