Baca Juga : KPU Bekerja Sangat Apik, Ganjar-Mahfud Nomor 3
Oleh: Mochtar W Oetomo Satu yang pasti, Nur Arifin atau yang akrab disapa Gus Ipin, sebagai Wabup Trenggalek pasti tahu benar segala macam aturan dengan segenap risiko dan kemungkinannya. Jadi hampir bisa dipastikan bahwa proses "penghilangan diri" yang dilakukannya adalah sebuah proses yang disadari. Pertanyaanya tentu adalah apa motif dan grand design di balik itu semua, hingga Gus Ipin berani mengambil risiko politik yang tidak ringan ini. Karena jika salah kelola, risikonya bukan sekadar teguran, tapi lebih dari itu adalah reputasi dan masa depan politik yang sebanarnya cukup terang benderang untuk Gus Ipin dengan segenap track recordnya selama ini. Gus Ipin pasti sudah mengkalkulasi ini semua sehingga pada akhirnya keputusan "menghilang" itu diambil. Dengan segenap dinamika politik yang terjadi di Trenggalek sejak Emil maju Pilgub Jatim 2018 hingga menjelang pelantikannya di Bulan Februari ini, tentu banyak hal yang tidak kita ketahui apa yang sesungguhnya terjadi antara Emil dan Ipin. Juga kita tidak tahu persis apa yang sesungguhnya terjadi dalam kontestasi jelang transisi kepemimpinan di Trenggalek. Maka saya justru melihat, bahwa lakon "penghilangan diri" ini adalah cara Gus Ipin menyampaikan kepada masyarakat Trenggalek dan semua pihak tentang apa yang sesungguhnya terjadi. "Penghilangan diri" Gus Ipin adalah sebuah tabuhan gendang, reaksi yang datang adalah tarian politik yang mengikuti. Melahirkan pertanyaan, analisis dan akhirnya temuan. Tabuhan gendang Gus Ipin telah membuat banyak pihak mencari-cari apa yang sesungguhnya terjadi dan pada akhirnya pasti melahirkan temuan-temuan yang sudah dikalkulasi oleh Gus Ipin. Dalam strategi perang Sun Tzu, Gus Ipin tengah memainkan strategi meniup seruling untuk mengeluarkan ular-ular berbisa dari sarangnya. "Penghilangan diri" ini adalah sebuah tiupan seruling, dan bermunculannya tokoh dan politisi yang berkomentar dan bertindak adalah keluarnya ular-ular yang selama ini sembuyi di sarang. Dengan begini Gus Ipin jadi tahu benar siapa sesungguhnya kawan dan siapa lawan, sehingga dia menjadi jauh lebih jelas bagaimana harus bersikap menjelang transisi kepemimpinan di Trenggalek. Sebuah pilihan strategi meniup seruling yang cukup curam dan menukik. Karena Gus Ipin memilihnya dengan cara membolos, menghilang, meninggalkan tanggung jawab yang tentu ada harga politik yang harus dia beli. Sebuah pilihan strategi yang sedikit baper, yang mungkin karena usiannya masih muda. Karena meski mungkin tujuannya bisa didapat, tapi belum tentu Gus Ipin selamat. Sebab bisa jadi ular-ular berbisa itu memang akan keluar dari sarang, tapi Gus ipin tak cukup memiliki daya hindar untuk lepas dari patokan berbisanya. *** *Penulis adalah dosen Universitas Trunojoyo Madura (UTM)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.