Baca Juga : Sadad dan Pakde Karwo Hadiri Deklarasi Paguyupan Kepala Desa Jawa Timur
Portaltiga.com - Kontestasi pemilihan Presiden Republik Indonesia 2019 masih dinamis. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana diprediksi akan memiliki lawan yang tangguh. Sehingga untuk bisa menang, Jokowi harus tepat memilih pasangan cawapres. Pengamat Komunikasi Politik asal Universitas Airlangga Suko Widodo menilai bahwa di Pilpres 2019 adalah ajang penentuan bagi Presiden Jokowi untuk meraih kepercayaan masyarakat Indonesia untuk kedua kalinya. Tantangan Pak Jokowi di Pilpres 2019 nanti tidak sekadar menang, tapi juga harus bisa membuktikan bahwa dirinya mampu membawa lokomotif negeri ini menjadi lebih baik di periode kedua, papar Suko Widodo, Sabtu (4/8/2018). Maka mempertimbangkan hal tersebut, sangat wajar jika kemudian hari-hari belakangan ini Jokowi terlihat gamang dalam menentukan calon wakil presiden. Karena kalau sekedar mau menang saja, tentu tidak sampai berlarut-larut dalam menentukan pasangan wakil presiden. Di Pilpres 2019 nanti, Pak Jokowi tidak hanya menyajikan hasil kerjanya 5 tahun ini, tapi juga sanggup menawarkan pembuktian prioritas 5 tahun ke depan, tandasnya. Kepentingan semacam itu bisa tercapai jika Jokowi punya pasangan yang mampu untuk mewujudkannya. Baik itu untuk membuktikan meningkatnya pertumbuhan pengelolaan keuangan Negara maupun untuk menggerakkan ekonomi rakyat. Pasangan yang bisa mewujudkan tujuan tersebut, lebih pas kalau Pak Jokowi menggandeng sosok tokoh yang sudah pengalaman dua periode jadi Gubernur, yakni Kang Aher (Ahmad Heriyawan) Gubernur Jawa Barat dan Pakde Karwo (Soekarwo) Gubernur Jawa Timur, usulnya. Kenapa harus dari tokoh berlatar kepala daerah? Suko Widodo menilai, dua kepala daerah ini tidak cuma memiliki pengalaman yang luar biasa selama memimpin daerahnya. Tapi juga punya bukti-bukti empiris pada urusan ekonomi kerakyatan dan basis massa yang jelas. Karena jumlah pemilih di pilkada 2018 Jawa barat kemarin 31,5 juta dan Jawa Timur 30,5juta jiwa. Atau setara dengan 17 peren pemilih di Indonesia. Indikatornya adalah dua gubernur ini berhasil dalam memimpin provinsi dengan populasi jumlah penduduk yang sangat besar selama dua periode, mampu menjaga stabilitas provinsinya dan tidak menonjolkan platform partai politik tertentu selama bekerja, pungkas dosen FISIP Universitas Airllangga ini. (ars/abi)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.