Portaltiga.com - Sama-sama kader Nahdlatul Ulama (NU), Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dinilai memiliki peluang lebih besar didukung oleh kiai NU katimbang Khofifah. Pasalnya, Calon Gubernur nomor 2 itu lebih banyak berkecimpung di Jatim dari pada Khofifah yang menjadi calon gubernur nomor urut 2 di Pilkada Jatim 2018.
"Memang sama-sama nahdliyin, tapi karena Gus Ipul lebih banyak berkecimpung di Jatim, saya pikir ikatan sosialnya menjadi lebih dekat dan kuat di kiai NU," kata pengamat politik Novri Susan kepadaportaltiga.com saat menjadi nara sumber di acara rilis lembaga survei PolMark di Surabaya, Rabu (14/3/2018).
Menurutnya, dukungan sebagian besar kiai Nahdliyin Gus Ipul, sangat relevan. Mengingat, posisi Gus Ipul dalam NU sebagai salah satu ketua. Gus Ipul juga memberikan kontribusi besar kepada NU dalam Muktamar NU di Jombang. "Itu memberikan persepsi positif dari kalangan nahdliyin ke Gus Ipul," tandasnya.
Di sisi lain, Dosen FISIP Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini, menilai kinerja baik kepemimpinan duet Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) selama dua periode, memiliki nilai plus. Baik kiai dan masyarakat memilik kepercayaan besar pada keduanya, sehingga sangat relevan jika kemudian mengarahkan suara ke Gus Ipul di pilkada Jatim yang digelar pada 27 Juni 2018.
Baca Juga : Tim Risma - Gus Hans Laporkan Anomali Pilkada Jatim ke MK
"Kepercayaan selalu muncul dalam bentuk dukungan. Kalau sudah mempercayai pasti mendukung. Ketika melihat kinerja baik Pakde Karwo dan Gus Ipul, bahwa kinerja baik dan menjalankan pemerintahan dengan baik, mereka akan berekspetasi bahwa gubernur saat ini bisa mengelola, paling tidak sama, kalau bisa lebih baik ," jelasnya.
Bagaimana dengan Khofifah? Novri menilai sebenarnya Khofifah itu figur yang baik. Selama di Kementerian Sosial, Khofifah itu figur yang baik dan bisa menjalankan program dengan baik. Hanya persoalan Khofifah tidak banyak intensif di Jatim.
Baca Juga : Hasil Rekapitulasi Pilgub Jatim, Khofifah - Emil Raih 12.192.165 Suara
"Kemudian ada persepsi di masyarakat bahwa keluar dari mandat kekuasaan untuk mencari posisi lain, akan berpengaruh pada persepsi masyarakat. Demikian pula dengan wakilnya, Emil Dardak belum bisa dilihat kinerja yang sudah dievaluasi baik buruknya masyarakat," ungkapnya.
Sebagai calon wakil gubernur, Emil lebih banyak mengandalkan popularitas. Namun perlu diingat, bahwa popularitas itu tidak selalu berbanding lurus disukai dan dipilih. "Untuk itu, saya pikir masyarakat akan banyak mengembangkan wacana atau diskusi berkaitan dengan komitmen Emil di masa pemerintahan, keluar dari Trenggalek untuk mencalonkan sebagai wakil gubernur," katanya. (bmw/tea)
Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.