Baca Juga : Sambang Sowan ke Yayasan Al Kahfi ala PEMUDIS Surabaya
Portaltiga.com - Kegemaran bermain sepeda motor saat masih SMU, Agoes Prasetya atau yang biasa dipanggil Pras lantas membeli motor honda cb 200 dari Bagus seorang anggota PEMUDIS (Penggemar Montor Udhug Soerabaia Indonesia) yang juga teman bermainnya saat masih menempuh semester 4 tahun 1994. "sebenarnya saya pingin beli Harley Davidson.. Cuma belum ada rejeki. Ya, beli motor Honda CB 200 aja. Suaranya sudah stereo, lumayan gahar," ujar Pras sambil tertawa saat bercerita kepada kami di kediamannya di Probolinggo, Jumat (08/03/18). Pras sering berkumpul dan sesekali mengendarai motornya mengitari kota Surabaya bersama anggota PEMUDIS yang biasaya kumpul di Bambu Runcing. Waktu pun terus berjalan Pras perlahan akrab dan mengenal anggota-anggota yang ada di PEMUDIS. Ia mulai mengenal serta mengakrabi motor-motor tua buatan Inggris milik anggota PEMUDIS, seperti Norton, AJS, BSA, Matchles. Tahun 1996 Pras mulai perlahan menggeluti motor tua buatan Inggis. Sebagai awalan Pras menjual Honda CB 200 miliknya dan membeli mesin BSA golden flash A7 500 cc, dengan chasis Harley Davidson seri WL serta surat BSA 56. Proses perakitan berjalan berbulan-bulan dan tak kunjung usai. Hingga akhirnya terhenti dan Pras harus menentukan pilihan, melanjutkan Hobi (bermain motor) atau menyelesaikan perkuliahannya. Suatu pilihan yang berat baginya, hingga akhirnya ia putuskan untuk menjual motor impian yang sedang digarapnya dan melanjutkan kuliah hingga selesai. Dua puluh tahun telah berlalu, Pras pun kini sudah bekerja dan membina rumah tangga di kota Probolinggo dan dikarunia dua orang anak. Pras sempat mengubur dalam-dalam kenangan serta impiannya untuk bermain motor tua. Namun tuhan berkehendak lain, ketika ia mengunjungi rumah temannya di daerah Probolinggo, ia merasakan perasaan yang lain di hatinya, sontak jantungnya berdegub kencang yang terharu saat melihat barisan motor-motor tua yang tertata rapi tapi tidak terawat. "Bagaimana ya mas, aku waktu itu seperti orang jatuh cinta. Aku ngelihat banyak motor tua yang dijejer dan dirantai. Disana ada banyak Honda S90, dan motor antik jepangan lainnya. Namun fokusku itu sama satu motor antik, bentuk joknya seperti Harley Davidson WL, seperti ngeliat harta karun" terang Pras. Saat pertama kali melihat, Pras langsung bertanya kepada temannya, tentang asal usul dan jenis motor yang menarik perhatiannya. Ternyata motor itu merupakan motor kesayangan bapak dari temannya dan merupakan motor incaran banyak orang. Sering kali orang datang untuk menawar motor yang dilihat Pras namun akhirnya harus pulang dengan tangan hampa dan tak jarang ada yang diusir oleh yang punya karena motor tersebut tidak dijual. Pras semakin penasaran, untungnya saat bermain ke rumah temannya ia memfoto motor tersebut dengan Hp miliknya. Perlahan Pras mulai mencari informasi mengenai merk motor tersebut. ia juga menanyakan keponakannya di Surabaya yang kebetulan juga bergabung di PEMUDIS. Setelah banyak mendapatkan referensi serta informasi, bahwa motor tersebut bermerek NSU Fox. Saat pulang ke Surabaya Pras diajak keponakannya untuk bernostalgia kembali dengan main ke tongkrongan PEMUDIS di sekitar monumen Bambu Runcing. Sudah 20 tahun dia tidak pernah menginjakkan kaki dan mampir ke tempat ini. Sembari bernostalgia dan bercengkrama dengan anggota PEMUDIS, Pras mulai menggali informasi kepada Vicky yang merupakan anggota PEMUDIS dan Builder motor custom. Pras bercerita mengenai motor yang membuatnya jatuh hati kembali di Probolinggo. Setelah melihat foto dan mengetahui jenisnya kalo itu merupakan motor NSU Fox yang jarang dimiliki dan langka, Vicky menyarankan untuk segera meminang motor tersebut. Setelah mendapat pencerahaan mengenai NSU Fox saat di Surabaya, Pras meyakinkan diri untuk membeli motor tersebut. Perasaannya berdebar-debar dan takut diusir kalau menawar motor tersebut. Mulailah pras memberanikan diri untuk menghadap Bapak temannya. Tanpa diduga Pras disambut baik, sampai terjadilah proses Negosiasi. Setelah sepakat dengan harga, akhirnya motor tersebut langsung dibayar tunai. "alhamdulillah, motornya dijual ke saya, berdebar-debar, untuk harganya termasuk murah. Pemiliknya berpesan untuk menjaga motor ini baik-baik," ujar Pras sambil tersenyum haru.. Setelah NSU Fox 100cc 4Tak sudah menjadi milik Pras, mulailah dia perlahan merestorasi di bengkel Pak Jarot di Probolinggo. Sang mekanik terheran-heran karena motor tersebut bisa sekarang berpindah pemilik. "sampean nggawe ajian( anda memakai jurus) opo mas? Ini motor NSU ditawar orang dari seluruh indonesia gak dilepas. Kok bisa jatuh ke sampean?" ucap Pak Jarot sambil terheran-heran. Setelah melalui tahap restorasi body maupun mesin, motor NSU Fox buatan jerman tahun 1952 akhirnya bisa dipakai riding oleh Pras keliling kota. Motor tersebut hampir 90% masih orisinil, apalagi surat-surat dan manual booknya masih ada. Satu lagi yang membuat motor ini istimewa, ternyata jumlah NSU Fox di Indonesia bisa dihitung dengan jari. Maka tidak heran banyak kolektor yang mengincar motor tersebut dan menawar dengan harga yang berkali-kali lipat dari dari harga saat dia beli kepada Pras. Pras berjanji tidak akan menjual motor NSU Fox yang membuanya jatuh cinta lagi, dengan Mendapatkan NSU Fox membayar impiannya dulu yang pupus untuk memiliki motor tua. (doy/tea)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.