Portaltiga.com - Dampak anak menonton pornografi ternyata sangat buruk bagai kependaiannya. Otak anak tersebut susut 4,44 persen.
Hal ini terungkap dalam Parenting Akbar PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) dan seminar Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Kegiatan digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya di Hotel Empire Palace lantai 10 Kota Surabaya, Selasa (23/5/2023).
Kegiatan tersebut mengangkat tema "Kenali Potensi, Siapkan Transisi, Raih Prestasi Menjadi Orang Tua dan Pendidik yang Menginspirasi di Era Digitalisasi", dengan narasumber Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek Dr. Iwan Syahril dan Psikolog Anak Elly Risman.
Wali Kota Eri Cahyadi menerangkan, para narasumber juga memberikan materi mengenai waktu yang tepat dalam proses pengenalan penggunaan gadget kepada anak-anak. Karenanya, orang tua harus mendampingi proses transisi pengenalan penggunaan gadget kepada anak. Serta memberikan penjelasan mengenai dampak positif dan negatif dalam penggunaan gadget.
"Tadi disampaikan oleh narasumber kalau anak melihat pornografi maka otaknya (kepandaian) akan menyusut 4,44 persen. Berarti menjadi anak bodoh, maka orang tua kalau sudah seperti itu akan menyesal di belakang. Maka kembali ke pendampingan orang tua, harus mengerti dan bisa menyampaikan kepada anaknya tentang dampak pornografi maka anak itu akan mengerti,” terangnya dilansir surabaya.go.id, Selasa (23/5/2023).
Ia menjelaskan, bahwa parenting atau metode orang tua memahami peran mereka dalam membentuk karakter anak sangat penting. Sebab, jika tidak memahami hal tersebut, anak-anak akan kesulitan menyampaikan yang ia rasakan maupun apa yang ingin disampaikan. Sebab, menurutnya, parenting yang tepat akan selalu dilandasi dengan ilmu keagamaan.
"Parenting ini diajarkan bagaimana orang tua terbuka dengan anaknya. Anak itu seperti sahabat, kalau anak ini tidak berani berbicara, tidak berani bertanya, maka akan terjadi permasalahan dalam keluarga ini. Akhirnya anak ini mencari teman untuk curhat. Maka tadi diajarkan bagaimana ayah dan ibu dekat dengan putra dan putrinya, sehingga ada komunikasi,” jelasnya.
Ia mengaku bahwa keluh kesah yang disampaikan para orang tua selama mengasuh anak, didominasi oleh orang tua muda. Sebab, waktu yang dihabiskan berfokus pada pekerjaan. Di sisi lain, persoalan berikutnya adalah anak-anak tidak menurut kepada orang tua dan lebih senang bermain dengan teman-temannya.
Baca Juga : Wali Kota Surabaya Sunmori Bareng Komunitas Vespa, Kenalkan Kota Lama
"Jadi parenting ini menjadi refleksi diri bagi orang tua, termasuk saya dan istri saya. Bagaimana kedepan, saya harus bisa mengajak anak-anak saya, putra-putri saya untuk bisa berdiskusi, ngobrol, dan merasa terbuka dengan orang tuanya. Maka jangan dibatasi atau dilarang menggunakan handphone karena pembelajaran kita juga lewat gadget,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Wali Kota Eri Cahyadi berpesan kepada seluruh orang tua di Kota Pahlawan untuk memperhatikan penggunaan gadget anak-anaknya. Kemudian, mencoba memahami tingkah laku, perilaku, dan sikap anak.
"Putra-putri njenengan (anda) itu adalah asetnya panjenengan semuanya karena itu jadikanlah anak-anak ini berakhlakul karimah. Dalam zaman modern ini tidak bisa anak tidak memegang gadget, karena pembelajaran juga menggunakan gadget. Tapi tolong sampaikan anak-anaknya penggunaan gadget memiliki dampak positif maupun negatif seperti apa saja,” pesannya.
Baca Juga : Surabaya Tidak Masuk Smart City Index, Wali Kota Eri: Yang Dinilai Apa?
Sementara itu, Ketua Bunda Paud Surabaya Rini Indriyani menyampaikan bahwa penguatan karakter anak-anak di Kota Pahlawan dimulai sejak usia PAUD.
“Anak-anak ini jangan dituntut untuk bisa matematika atau sains, tetapi dilatih untuk percaya diri melalui pentas seni. Kita kuatkan disana dan kita ajarkan, karena untuk berkomunikasi dengan orang tua atau mengekspresikan emosi bisa lebih mudah, sebab sudah diajarkan sejak kecil,” kata Rini Indriyani.
Rini Indriyani menjelaskan, dengan dilatihnya anak-anak dalam menyampaikan ekspresi dan emosi, diharapkan anak-anak terbiasa dalam menyampaikan keinginannya.
“Misalnya ketika pulang sekolah, dia bercerita tentang apa saja yang dilakukan. Artinya, dia berkomunikasi untuk menyampaikan atau mengekspresikan emosinya. Kalau sudah dibiasakan komunikasi dengan baik, InsyaAllah saat remaja maupun dewasa, ia terbiasa berkomunikasi dengan orang tuanya,” pungkasnya.
Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.