Politika

Peluang Tokoh TNI/Polri Jadi Cawagub Jatim, Ini Analisisnya

Baca Juga : PKS Jatim Wait and See Soal Paslon di Pilgub 2024

Portaltiga.com - Tradisi kehadiran kandidat berlatar TNI/Polri dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur tampaknya akan berlanjut pada Pilgub Jatim tahun 2018. Seperti pilgub 2008 dan 2013, kandidat berlatar TNI/Polri diprediksi akan mengisi posisi Calon Wakil Gubernur. Pernyataan itu disampaikan Surokim Abdussalam pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Menurut Surokim, untuk posisi kandidat Calon Gubernur, baik Khofifah maupun Saifullah Yusuf sudah sangat mantap. Karena itu, partai-partai pengusung Gus Ipul dan Khofifah akan memperebutkan posisi Cawagub. Masing-masing partai itu akan cenderung menyodorkan kadernya sebagai Cawagub. Sementara, tidak semua usulan partai itu bisa diakomodir. Di sinilah muncul opsi politik jalan tengah dengan memilih calon berlatar TNI/Polri yang berada di luar partai politik. Kans kandidat berlatar TNI/Polri sangat besar untuk mengisi posisi kandidat Cawagub. Mereka ini bisa menjadi politik jalan tengah untuk menjaga keseimbangan parpol anggota koalisi, urai Sorokim, Jumat (8/9). Peneliti Surabaya Survei Center (SSC) ini menambahkan, calon berlatar TNI/Polri ini bisa menguasai ceruk suara yang berasal dari keluarga besar TNI/Polri. Terlebih, bila calon berlatar TNI/Polri itu hanya ada satu alias tunggal. Hal itu akan memicu semangat korsa di kalangan keluarga besar TNI/Polri. Dirinya mencontohkan, suara SBY dan Prabowo selalu tinggi di TPS yang berada di lingkungan asrama TNI/Polri. Karena itu, kandidat Cawagub yang berlatar TNI/Polri akan memberi sumbangan suara dari lingkungan keluarga besar TNI. Hal itu tentunya akan menambah dukungan suara dan melengkapi kandidat Cagub yang berlatar sipil atau politisi murni. Saya kira semangat korsa di keluarga besar TNI/Polri masih tinggi. Lihat saja, pengalaman pilpres lalu, suara Prabowo Subianto selalu mendominasi di tempat pemungutan suara yang berada di lingkungan asrama TNI/Polri. Karena itu keluarga besar TNI/Polri cenderung memilih kandidat yang mempunyai latar belakang sama, tandas Surokim. Alumni Pondok Pesantren Darul Ulum, Langitan, Tuban ini mengungkapkan, masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk Jawa Timur masih mengidolakan pemimpin berlatar TNI/Polri yang dipersepsikan sebagai sosok yang tegas dan gagah. Fakta itu bisa ditemukan dengan mudah di daerah rural seperti pedesaan ataupun pesisir yang kondisi masyarakatnya bersifat paternalistik. Selain itu, masyarakat di rural area masih merindukan dan mengidolakan sosok TNI/Polri karena pengaruh alam bawah sadar mereka yang selama 32 tahun dipimpin oleh figur berlatar militer. Sebagaiamana diketahui, di era orde baru dari hampir seluruh kepala daerah mulai Bupati/Wali Kota, Gubernur hingga Presiden adalah figur yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Bahkan di parlemen juga ada Fraksi ABRI yang anggotanya merupakan anggota TNI/Polri aktif. Dominasi TNI/Polri di masa orde baru membuat alam bawah sadar masyarakat di area rural masih mengidolakan sosok berlatar militeristik. Apalagi kalau calon itu gagah, maka akan menjadi pilihan masyarakat, tandas Surokim. Untuk diketahui, saat ini ada dua kandidat berlatar TNI/Polri yang sudah resmi mendaftar di partai politik. Mereka adalah Mayjen TNI (pur) Istu Hari Subagio yang merupakan mantan Pangdam I Bukit Barisan dan Kombes Pol Syafiin, mantan Kepala Biro Umum Sekretaris Militer Kepresidenan (Sekmilpres). Sedangkan di Pilgub Jatim 2008, ada Brigjen TNI (pur) Mujiyono, mantan Kasdam V Brawijaya yang mendampingi Khofifah Indar Parawansa. Pada Pilgub 2013, Khofifah didampingi oleh Irjen Pol (pur) Herman Surjadi Sumawiredja, mantan Kapolda Jatim. Saat ini ada dua figur mantan jenderal yang sama-sama pernah memimpin Polda Jatim yang terjun ke dunia politik. Keduanya sama-sama memimpin partai politik tingkat provinsi. Irjen Pol (pur) Hadiatmoko memimpin Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), sedangan Irjen Pol (pur) Anton Setiadji memimpin Partai Berkarya Jawa Timur. Namun menurut Surokim, peluang dua mantan jenderal ini mengisi kursi waki gubernur sangat kecil. Kedua mantan Kapolda Jatim tersebut saat ini memimpin partai, peluangnya justru kecil dipilih sebagai kandidat Cawagub. Karena partai-partai menengah dan besar cenderung akan menyodorkan kader mereka sendiri, pungkas akademisi berlatar NU ini. (ars/tea)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait