Umum

Pansus RPJMD Minta Khofifah Sinergikan Petani dengan Hotel dan Restoran

Baca Juga : Komisi E DPRD Jatim Soroti Tantangan Pembaruan Peralatan di BLK Kediri

Portaltiga.com - Ketua Panitia Khususus (Pansus) RPJMD DPRD Jatim Ahmad Hadinuddin berharap Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mensinergikan petani dengan pengusaha hotel dan restoran. Khofifah diminta meniru kebijakan Pemprov Bali yang sudah terlebih dulu melaksanakannya. Menurut dia, kebijakan Pemprov Bali yang berperan besar dalam bidang pertanian perlu diaplikasikan, agar petani di Jatim sejahtera. "Saya kira Gubernur Khofifah perlu menirunya karena di sana memberikan perlindungan terhadap petani lokal," katanya ketika dikonfirmasi, Jumat (5/4/2019). Sekadar diketahui, delapan orang anggota Pansus RPJMD DPRD Jatim datang ke Bali untuk menengok hasil pertanian di provinsi tersebut. Kebijakan pertanian di Bali diharapkan bisa ditiru dan menjadi masukan positif bagi Pemprov Jatim. Selain pertanian, DPRD Jatim juga menyerap kebijakan pengelolaan pariwsita dan perlindungan terhadap budaya di Bali. Hadi menjelaskan, Pemprov Bali memang sangat memperhatikan petani. Dia mencontohkan, Pemprov Bali mewajibkan setiap hotel dan restoran membeli hasil pertanian di Bali. Disamping itu, Pemprov Bali juga berperan dari sektor hulu dan pemasaran hasil pertanian. "Mereka mengutamakan hasil pertanian sebagai penopang utama restaurant dan hotel-hotel di Bali. Saya kira itu poin-poin penting bagi RPJMD," tambahnya. Keberpihakan kepada petani itu, kata Hadinudin, akan memuluskan regenarasi para petani. Karena itu, Pemprov Jatim secepatnya harus memasukkan kebijakan-kebijakan itu di dalam RPJMD. "Mereka melakukan terobosan mulai dari pembenian, pengelolaan lahan dsb sampai kemudian pendistribusain hasil pertanian itu yang difasilitasi dan dibuatkan Peraturan Gubernur dan dikuatkan dengan kabupaten," tegas kader Gerindra itu. "Permainan pedagang besarnya terlalu besar dan itu harus dikendalikan dan mereka bisa mengendalikan dan memainkan mendatangkan produk impor luar negeri," katanya. Menurut dia, selama ini, kondisi pertanian di Jawa Timur sangat memprihatinkan karena Pemprov Jatim tidak banyak membantu para petani. Dia mencontohkan, ketika masa panen tiba, harga-harga pertanian sering jatuh dan membuat petani menjerit. Disamping itu, para tengkulak juga 'mencekik' para petani sehingga mereka terpaksa menjual hasil panen dengan harga murah. "Contohnya ketika panen buah naga dan harga jatuh mana peran pemerintah. Yang digembar-gemborkan kan kredit pertanian, tapi mana buktinya mereka tetap bergantung pada tengkulak," jelasnya. Kurangnya perhatian terhadap para petani itu membuat generasi muda enggan meneruskan orang tuanya di bidang pertanian. "Generasi muda sekarang lebih senang menjadi sopir ojek online dari pada petani," pungkas dia. (ars/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait