Intermezzo

CAK: Masa Lalu Kelam, Para Seniman Hijrah Berjiwa Sosial 1

Baca Juga : Komisi A DPRD Surabaya Ingatkan RHU Patuhi SE Wali Kota Untuk Tutup Selama Ramadhan

Portaltiga.com - Sore itu menjelang berbuka puasa, di Raya Waru, Sidoarjo, terdapat kesibukan yang tidak biasa. Sekumpulan pria dan wanita dari berbagai usia terlihat sibuk membungkus makanan dalam kantung-kantung plastik, sebagian lainnya menata peralatan musik. Tidak berapa lama, setelah makanan telah terbungkus rapi dan perlengkapan musik sudah ditata, sekumpulan musisi mulai mempertunjukkan keahliannya dalam bermusik. Sementara yang lainnya berdiri berjajar di pinggir jalan, sembari membagi-bagikan plastik berisi makanan kepada para pengendara kendaraan bermotor, tukang becak, ojek online dan pejalan kaki yang satu-persatu mulai menepi. 'Bagi Takjil & Live Performance'. Itulah tema besar yang mereka selenggarakan dihari itu. Para pria dan wanita dari berbagai usia tersebut rupanya adalah sekumpulan insan kreatif dan berjiwa sosial, yang bergabung dengan wadah 'Camp Alumni Kegelapan' (CAK). Meski usianya baru seumur jagung, namun kontribusinya bagi masyarakat dan dunia kesenian di Sidoarjo cukup menarik banyak perhatian dari khalayak ramai. CAK sebagai sebuah wadah eksistensi para seniman, khususnya musik, terbentuk pada tahun 2017. "Berawal dari kegelisahan yang sama, masa lalu yang sama-sama kelam, juga rasa persaudaraan sesama seniman, maka kami berinisiatif untuk membuat suatu wadah yang bisa menampung ide-ide kami dan mewujudkannya dalam bentuk even kesenian, yang di dalamnya dibungkus dengan kegiatan sosial," ungkap Blake Yono, salah satu pendiri CAK, Sabtu (26/5/2018) Masa lalu para anggota yang suram, diantaranya pernah menjadi seniman yang pernah terjebak dalam gelapnya dunia malam, seperti narkoba, miras dan sebagainya, membuat mereka sadar akan perlunya kehidupan yang lebih baik. Hal itu diantaranya mereka wujudkan melalui kegiatan-kegiatan kesenian yang memiliki kontribusi bagi masyarakat yang membutuhkan. "Even pertama CAK pada 2017 adalah Sahur on The Road. Ketika itu kami mengumpulkan dana secara swadaya, kemudian membuat sendiri dan membagi-bagikan menu sahur gratis bagi masyarakat di Sidoarjo yang membutuhkan," ujar Brint Widodo, salah seorang musisi yang dulu pernah bermasalah dengan narkoba. Dari acara Sahur on the Road di tahun 2017 yang diadakan tiap dua minggu sekali tersebut, kemudian dilanjut dengan even-even jamm session di berbagai tempat, CAK mulai mendapat perhatian dari masyarakat. Anggota mereka semakin bertambah, terlebih, adanya media sosial yang kemudian dapat menyambung tali silaturahmi antara kawan-kawan mereka, juga ketertarikan dari para seniman-seniman lain yang membuat CAK dapat mengembangkan sayapnya semakin lebar. "Seniman, utamanya musisi yang tergabung dalam CAK, banyak diantaranya pernah memiliki masa lalu yang kelam, juga pengalaman-pengalaman buruk yang dapat dibagikan kepada sesama anggota. Maka dari itu kami intens untuk berkumpul dan saling sharing. Kami sering mensosialisasikan bahaya narkoba, kehati-hatian dalam menerjuni dunia malam, juga saling berbagi pengalaman tentang dunia entertain," tukas Hendro, musisi asli Sidoarjo. Di dalam CAK, selain sebagai wadah silaturahmi antar sesama musisi, juga sebagai wadah bagi mereka yang berjiwa sosial, bagi mereka yang ingin belajar entertain, serta bagi mereka yang ingin mengentaskan kehidupan masa lalunya yang gelap dan membentuk hidup baru yang terang benderang. "Oleh karena itu wadah ini dinamakan 'Camp Alumni Kegelapan', karena didirikan oleh banyak anggota kami yang memiliki pengalaman dalam menjalani hidup di masa lalu yang gelap, namun kini sudah berubah menjadi lebih baik dan menjadi kewajiban kami untuk mensharing pengalaman kami kepada para pemuda. Salah satu hal positif yang dapat kami buat, adalah bagaimana CAK sebagai wadah, dapat menjadikan kesenian itu selain sebagai ajang pertunjukan eksistensi seniman, juga harus punya kontribusi kepada masyarakat. Wujud kontribusi kami adalah adanya kegiatan sosial di sela-sela even kesenian yang kami adakan," tutur Koko Ken Arok, seorang musisi heavy metal sekaligus tokoh pemerhati satwa langka. (guruh dimas nugraha/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait