Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.
Tinggalkan DPRD, Gubernur Jatim Ngotot Paksakan Spin Off Bank Jatim
Portaltiga.com: DPRD Jatim menyayangkan sikap gubernur Jatim Soekarwo yang tidak pernah berkonsultasi atas kengototannya melakukan spin off (memisahkan) Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS) pada September 2016 karena rencana itu sudah disetujui dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).
"Saya yakin jika dipaksakan spin off, fraksi-fraksi akan menolak ketika DPRD Jatim dipaksa menyetujui tambahan modal sebesar Rp.500 miliar untuk memenuhi persyaratan spin off Unit Usaha Syariah(UUS)," ujar Anwar Sadad anggota Komisi C DPRD Jatim, Kamis (2/6) kemarin.
Menurut politisi asal Fraksi Partai Gerindra, kalau Bank Jatim ngotot melakukan spin off terhadap UUS, maka sudah pasti akan mengganggu stabilitas Bank Jatim. "Bahkan CAR (Rasio Kecukupan Modal) Bank Jatim akan turun sampai 6%, menjadi sekitar 12% saja, atau makin mendekati ambang batas minimal 8%," ungkap sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim ini.
Di sisi lain,mantan politisi PKB ini mengatakan dari kebutuhan Rp.1 triliun untuk memenuhi syarat spin off,ternyata Bank Jatim hanya sanggup mengalokasikan dana 500 miliar untuk spin off UUS. Sedangkan Rp.500 miliar sisanya diharapkan dari penyertaan modal Pemprov Jatim yang akan dialokasikan melalui APBD Jatim 2017 mendatang.
"Jadi anggaran Rp.500 miliar itu tidak mutlak, melainkan 'by condition' atau 'dengan syarat', syaratnya apa? Syaratnya ada tambahan 500 miliar lagi dari Pemprov sebagai pemegang saham pengendali (mayoritas)," tegas Anwar Sadad. Itu artinya,lanjut Sadad, DPRD Jatim akan kembali dipaksa menyetui (fait accompli) tambahan modal Rp.500 miliar bagi Bank Jatim.
Lantas, apakah dengan tambahan modal Rp.500 miliar Bank Umum Syariah (BUS) baru nanti bisa berlari kencang? Dengan lugas Anwar Sadad menyatakan nol besar. Sebaliknya dengan tambahan modal Rp.500-Rp.600 miliar, menurut analisis OJK, BUS baru akan tetap merugi dengan ROA (Return of Asset) negatif sampai 6 tahun kedepan. "Baru pada tahun 2022 BUS baru akan menjadi positif," beber politisi asal Pasuruan.
Ia menyarankan, rencana spin off UUS Bank Jatim diundur 1-2 tahun dan lebih menfokuskan untuk membesarkan assetnya hingga mencapai Rp.15-Rp.20 triliyun, baru kemudian bisa survive dan berada di barisan terdepan BUS milik pemerintah daerah. "Asset UUS Bank Jatim kwartal pertama 2016 baru mencapai Rp.1,7 triliyun. Sebagai pertimbangan, Maybank (BII) yang memiliki asset Rp.7 triliyun pada Unit Syariahnya saja belum berani melakukan spin off," pungkasnya. (Yudhie)