Baca Juga : Biodata dan Profil Tommy Jonathan Sinaga Penulis Cerita Batak Toba
Portaltiga.com Dewan Kesenian Kesenian Surabaya (DKS) melalui program Majelis Sastra Urban menggelar Lomba Cerpen Tingkat Nasional. Lomba bakal memperebutkan total hadiah uang tunai sebesar Rp 20 juta. Terdiri dari 1 Pemenang Utama dengan hadiah Rp 10 juta, 5 Pemenang Impresif masing-masing Rp 1 juta, dan 10 Pemenang Favorit @ Rp 500 ribu. Ketua Umum DKS Chrisman Hadi menuturkan, penerimaan naskah lomba dimulai bulan Oktober 2019 hingga 10 November 2019. Pemenang lomba diumumkan tanggal 15 Desember 2019. Penyerahan hadiah lomba sekaligus launching buku dari 16 pemenang digelar seminggu berikutnya di Balai Pemuda Surabaya. Ketua juri lomba ini adalah begawan cerpen nasional Prof Budi Darma. Anggota juri terdiri dari Mashuri, staf ahli Balai Bahasa Jatim yang pernah juara 1 lomba Novel DKJ. Lalu Bramantio, dosen Unair yang pernah memenangi lomba Kritik Sastra DKJ, kata Chrisman, Jumat (4/9/2019). Melalui lomba ini, menurut Chrisman, DKS berharap bisa memacu penulis-penulis berbakat untuk menghasilkan karya cerpen yang bermutu. Makanya, kita memilih tema Urbanhype. Itu karena kita ingin menemukan teks-teks sastra masa depan. Sekaligus mewadahi geliat sastra milenial. Termasuk pula mewadahi jejaring sastra Surabaya dan nasional, katanya. Adapun ketentuan umum terdiri dari (1) Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan mengirimkan foto scan KTP). (2) Mengirim berkas cerpen, biodata dan bukti transfer pada lembar terpisah ke email: majelissastraurban@gmail.com. (3) Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 30.000 per judul, atau Rp 25.000 per judul bila mengirim lebih dari satu judul naskah via transfer rekening rekening BCA 6670491968 atas nama Ribut Wijoto dengan Berita Acara Transfer DKS Urban. "Peserta boleh mengirim maksimal 3 judul cerpen," ujar Chrisman. Sedangkan ketentuan khususnya terdiri dari (1) Panjang naskah minimal 1300 kata, Microsoft Word, halaman A4, spasi 1,5, huruf Times New Roman ukuran 12. (2) Dilarang membubuhkan nama penulis di lembaran naskah. (3) Naskah sebanyak 3 copy dikirim ke Sekretariat Dewan Kesenian Surabaya (DKS), Komplek Balai Pemuda Surabaya, Jl Gubernur Suryo no 15, Kelurahan Embong Kaliasin, Kec Genteng, Surabaya, 60271. "Batas akhir pengiriman naskah 10 November 2019 pukul 00.00 WIB," katanya. Ketua Panitia Lomba Cerpen Nasional, Ribut Wijoto, menambahkan bahwa generasi milenial dikatakan memiliki penggaris sendiri untuk mengukur jarak dunia dan peristiwa. Mereka bebas tradisi, bebas struktur, sejarah, bahkan bebas visi. Sekelompok serangga dalam ruang hiperteks. Facebook, Instagram, Line, Twitter, mengakomodasi wujud-wujud sastra yang baru: webtoon, caption, fun fiction, printed quotes, dan lain-lain. Gelombang endorse dan iklan online shop yang lebih sugestif dari puisi. Dengan materi konsumsi itu mereka menciptakan ruang sastra yang berjalan sendiri, papar Ribut Wijoto. Teks-teks yang penuh mention dan hashtag, menetas per detik. Keunikan ini perlu perhatian khusus dan wadah serius agar tidak menguap setelah sekadar mendapat lima ribu likes dan tanda hati. Salah satu cara efektif untuk menjaring anak-anak teks yang bebas itu adalah mengadakan perlombaan menulis berskala nasional, kata Ribut. Untuk itu, menurut Ribut, tema yang dipilih pun representatif dengan hal-hal yang akrab dan bersifat kekinian, yaitu Urbanhype. Urbanhype ini gabungan kata urban dan hype yang menawarkan interpretasi luas dan segar untuk penulisan teks sastra khususnya cerpen, katanya. Apakah arti terperinci dari urbanhype? Sekretaris sekaligus salah satu konseptor Lomba Cerpen DKS, Nanda A Rahmah, memaparkan bahwa urbanhype adalah pa-apa yang hype di masa urban ini. Generasi sekarang memiliki cakrawala makna mereka sendiri untuk mengenali apa hype dan yang mana hype itu. Makna hype lebih dari sekadar populer, tapi juga mengandung konflik dan 'harga', kata alumni Sastra Indonesia, FIB, Unair ini. Ditambahkan oleh Ndae, sapaan akrabnya, urbanhype sangat melekat pada generasi milenial. Generasi di atas mereka, mungkin juga termasuk saya, akan menemukan hambatan untuk menjawabnya dengan sudut pandang yang persis sama. Karena itu tema ini sangat jelas segmentasi dan visinya, yaitu generasi 4.0 . Merekalah subjek urban hari ini, pemegang label-label hype itu," kata Ndae. Sekadar diketahui, DKS secara rutin tiap bulan menggelar diskusi bertajuk Majelis Sastra Urban. Program ini dikelola oleh Komite Sastra bersama dengan Tim Kreatif yang terdiri mahasiswa dari UNESA, UNAIR, UINSA, STKW, UNIPA, dan UNTAG. Selain mahasiswa, anggota Tim Kreatif juga berasal kalangan sastrawan, jurnalis media online, musisi, dan desainer. Desember ini adalah akhir masa kerja kepengurusan Chrisman Hadi. Untuk itu, DKS menggelar kegiatan berskala nasional. Setelah berembug, kita memilih mengadakan lomba cerpen, tandas Ribut. (tea/tea)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.