Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.
Bagi Penggemar Novel Pramoedya Ananta Toer, Dua Film Ini Perlu Ditonton
Portaltiga.com - Akhirnya terwujud juga karya-karya legendaris Pramoedya Ananta Toer difilmkan, tidak tanggung-tanggung 2 novel Pram yaitu Bumi Manusia dan Perburuan digarap oleh Falcon Pictures dan akan tayang bersamaan 15 Agustus 2019.(bws/fey)
Bumi Manusia
Bumi manusia adalah film garapan Falcon Pictures yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Film Bumi Manusia diadopsi dari sebuah roman karya Pramoedya Ananta Toer.
Roman Bumi Manusia merupakan bagian pertama dari tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer.
Adapun tiga roman berikutnya yaitu Anak Semua bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Durasi film Bumi Manusia mencapai 2 jam 52 menit.
Produser Frederica mengungkapkan panjangnya durasi film Bumi Manusia hal yang wajar karena roman yang diadopsi juga cukup tebal, sekitar 500 halaman.
Pengerjaan film Bumi Manusia memakan waktu cukup lama karena banyak menampilkan efek komputer grafis atau CGI.
Menariknya, semua efek komputer itu dikerjakan oleh talenta lokal.
Kabar Hanung Bramantyo akan memfilmkan roman Bumi Manusia mulai santer terdengar pada awal 2018.
Karena roman yang akan difilmkan termasuk karya yang sangat fenomenal, kabar pemfilman Bumi Manusia tersebut mengundang respons dari banyak kalangan.
Ada yang mendukung, tapi tidak sedikit juga yang kontra.
Penulisan naskah film Bumi Manusia sebenarnya sudah dimulai sejak awal 2017 yang bekerja sama dengan Wahan Penulis.
Sementara proses pembuatan film awalnya direncanakan dimulai pada pertengahan 2017.
Namun karena proses penggodokan naskah yang memakan waktu cukup lama juga, akhirnya proses syuting yang direncanakan dimulai pada pertengahan 2017 mundur.
Jauh sebelum itu, pada 2004 juga muncul wacana bahwa roman Bumi Manusia akan difilmkan.
Nama-nama yang muncul sebagai sutradara saat itu adalah Garin Nugroho dan Riri Riza.
Lokasi syuting film Bumi Manusia dilakukan di beberapa tempat, diantaranya Yogyakarta, Semarang, hingga Belanda.
Sedangkan proses syutingnya dilakukan sejak akhir Juli sampai Agustus 2018.
Poster Film Bumi Manusia sudah dirilis pada 19 Juni 2019, sedangkan trailernya dirilis pada 4 Juli 2019.
Hanya sehari pasca rilis, trailer Bumi Manusia yang diunggah oleh kanal Youtube Falcon tayang hingga lebih dari 823 ribu kali.
Perburuan
Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer ini berfokus pada kisah Hardo (diperankan Adipati Dolken), seorang bekas komandan pleton dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pada akhirnya ia diburu karena dianggap sebagai musuh negara.
Produser Falcon Pictures, Frederica menegaskan penayangan bersamaan itu bukan untuk menonjolkan persaingan antar kedua film, tetapi lebih kepada cara merayakan karya-karya seorang Pramoedya Ananta Toer.
"Perburuan ini dibuat atas rekomendasi dari pihak keluarga. Menurut kami, Adipati adalah salah satu aktor terbaik Indonesia. Kami yakin salah satu novel terbaik Pram akan diperankan dengan baik juga oleh Adipati," kata Frederica.
Ia menambahkan, "Jadi ini adalah karya Pak Pram yang sama masterpiece, sama-sama ditulis dari balik jeruji penjara, sama-sama ditulis naskahnya. Dasar itu sebenarnya yang meyakini kami kenapa melakukannya secara spesial untuk perilisan dua film sekaligus."
"Kami merasa dua karya besar ini harus dirayakan bersama. Makanya kami lakukan di Agustus ini, di bulannya Pramoedya Ananta Toer," ujar Frederica.
Sang sutradara Richard Oh pun berbagi soal tantangan selama penggarapan film Perburuan ini.
"Tantangan sutradara itu bukan tipe yang terbiasa dia lakukan, sutradara ingin ditantang dengan sebuah proyek yang mungkin dia sudah lihat visi. Dengan Perburuan, saya juga demikian. Dari sana saya eksplorasi dan temukan berbagai kesulitan, 80 persen mengambil latar di outdoor, syuting pagi hingga pagi, masalah pencahayaan dan lain-lain, banyak kendala yg kita hadapi," ungkapnya.
Lebih lanjut, Richard mengatakan bahwa yang paling sulit dari proyek ini adalah menangkap jiwa sang penulis cerita, yakni Pramoedya Ananta Toer.
"Saya kenal beliau, dia ingin dialognya disampaikan dan dipresentasikan dalam film, disampaikan kepada penonton," ujarnya.