Baca Juga : Khofifah Makan Malam Bareng Dubes Amerika, Bahas Kerja Sama Pendidikan hingga Kesehatan
Portaltiga.com - Saya ini penderita anxiety yang sudah berkali-kali menghajar KO panic attack. Apa itu anxiety dan panic attack, silakan cari saja di Mbah Gugel. Sudah lengkap artikel-artikelnya. Jadi saya tidak perlu buang-buang waktu untuk menjelaskan hal yang menjengkelkan itu. Oke okeeee. Baiklah, akan saya jelaskan secara singkat saja. Kecemasan atau anxiety adalah reaksi terhadap stres yang memiliki gejala psikologis dan fisik. Perasaan tersebut muncul dari amigdala, yakni wilayah otak yang mengatur respons emosional yang kuat. Stres dan anxiety yang tidak terkendali dapat menjadi tidak sehat, baik secara fisik maupun psikologis. Anxiety atau kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Hal ini dapat muncul sebagai perasaan khawatir atau justru takut pada apa yang akan terjadi nanti. Misalnya, tentang hari pertama di sekolah, wawancara kerja, atau saat memberikan pidato yang dapat menyebabkan sebagian orang merasa gugup. Tapi tidak semua orang merasakan cemas apabila menghadapi situasi tersebut. Cemas adalah perasaan yang normal apabila masih dapat terkendali dan hilang setelah faktor pencetus teratasi. Jika perasaan cemas menetap dan menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari maka kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Takut mati, takut sakit, dan jenis takut-takut lain yang menyeramkan. Nah, anxiety ini juga akan menyebakan serangan panik (panic attack). Hal itu adalah munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba. Kondisi yang juga disebut dengan serangan kegelisahan ini ditandai dengan detak jantung yang bertambah cepat, napas menjadi pendek, pusing, otot menjadi tegang, atau gemetar. Serangan panik dapat berlangsung selama beberapa menit atau hingga setengah jam. Serangan panik bisa dialami sesekali dalam hidup, yang biasanya menghilang saat keadaan atau situasi pemicunya berakhir. Namun, jika serangan panik terjadi secara berulang dan untuk jangka waktu yang lama, maka kondisi ini disebut gangguan panik. Belum lagi efek psikosomatisnya. Hadeehhhh ga enak lah pokoknya. Menyeramkan. Saya kira cukup penjelasan singkatnya. Itu pun saya copas dari internet. Kalau mau tahu testomoni para penderita cari saja di Youtube. Nah, pada Senin 11 Maret 2019 lalu saya berencana mengurus perpanjangan SIM. Setahu saya layanan SIM Keliling ada di sekitar Terminal Bratang Surabaya. Waktu masih menunjuk pukul 07.00 WIB. Saya mampir ke Warkop Ramonez di Jalan Menur 22. Secangkir kopi susu selalu menjadi minuman yang rutin dinikmati di pagi hari. Saking parahnya anxiety, saya sempat takut minum kopi. Alhamdulillah kini sudah lebih baik. Jadi bisa ngopi lagi tiap pagi. Sembari menunggu jam 08.00, saya pun mencari-cari informasi tentang syarat mengurus perpanjangan SIM. Dasar internet, informasi ga bisa seragam wal simpang siur. Sepele sih bagi orang lain, tapi tidak bagi penderita anxiety yang lebay. Pelan tapi pasti terasa galau, waswas, bingung, cemas yang resek. Menjelang pukul 08.00, saya beranjak dari warkop mencari tempat foto copy. KTP, SIM A dan SIM C pun saya foto copy rangkap lima. Saya sih ga tahu berapa yang dibutuhkan untuk kelengkapan mengurus di SIM Keliling. Bagi saya yang penting prepare dari pada tergesa dan anxiety ini bisa makin ngelunjak. Tibalah saya di Terminal Bratang. Ternyata hanya ada mobil layanan Samsat Keliling. Untuk SIM Keliling di lokasi itu jadwalnya hari Selasa. Saya pun ngeyel mencari informasi lain. Oh, ya saya ingat ada layanan SIM Online di depan JX Internasional Jalan A Yani. Saya langsung meluncur ke sana. Ahhh...ternyata antrean sudah sangat panjang. Ya, sudah lah. Saya harus ke kantor karena ada urusan yang tak bisa ditunda. Kelar urusan kantor pukul 11.00. Saya kembali bergerak. Kali ini menuju layanan SIM Keliling di Jalan Tambah Rejo. Yup, sebelum pukul 12.00 saya pun tiba di lokasi mobil layanan SIM Keliling yang berada di samping Kapas Krampung Plaza (Kaza) itu. Dan ternyata layanan sudah ditutup! Anxiety pun untup-untup. Gelisah. Sebab sehari lagi masa aktif SIM saya sudah kadaluarsa. Ingin tahu rasanya kecemasan berlebihan kala melanda? Cari saja di Google atau Youtube sudah banyak. Saya enggan menceritakannya. Mata saya tertuju pada poster berisi syarat-syarat perpanjangan SIM. Ternyata harus ada surat keterangan sehat dari dokter. Saya belum punya surat itu. Ya sudahlah, saya memilih pulang saja. Malam akan saya urus surat dokter itu. Ba'da Maghrib saya pergi ke dokter. Aktivitas yang sangat tidak saya sukai, juga para penderita anxiety disorder lainnya. Perut muneg-muneg dan jantung ndredeg. Takut jangan-jangan saya menderita penyakit yang berbahaya. Tapi saya coba terus menenangkan diri. Saya bicara pada diri sendiri bahwa datang ke dokter hanya untuk mendapat surat keterangan sehat, bukan untuk berobat. Hadeeeehhh....ternyata antrean lumayan panjang. Berkumpul dengan orang-orang sakit merupakan siksaan berat bagi penderita anxiety disorder. Saya tak mau berlama-lama. Mending pulang saja, nanti balik lagi agak malam. Kalau saja tidak lantaran SIM yang sudah nyaris kadaluarsa, tak sudi saya berurusan dengan dokter. Menjelang jam sembilan malam saya kembali dan akhirnya bisa bertemu dokternya. Prediksi saya salah. Ternyata tidak langsung diberi surat sehat, tapi harus ditensi dulu. "Lumayan tinggi ya," ucap dokter dengan santai. Santai bagi dia, tapi menyeramkan bagi saya. Arrrrghh.....pikiran saya langsung berkabut. Takut hipertensi, takut, takut dan takut yang menyeramkan. Hanya sesama penderita anxiety disorder yang paham dan bisa merasakan keadaan horor ini. Padahal, ucapan itu biasa. Apalagi kondisi saat cek, sedang capek, menahan lapar, dan sedang bertarung dengan kegelisahan yang lebay. Maka, otak saya pun bertarung dengan kegelisahan itu. "Dasar lebay. Kapan mau sembuh dari anxiety kalau begini saja sudah takut. Hajar jack! Kamu sudah kuat. Kamu sudah sembuh!," saya terus melakukan self talk. Tubuh sudah bergetar. Nyaris saja panic attack. Tapi karena saya sudah expert tanding lawan serangan panik, alhamdulillah semua teratasi. Keeseokan harinya, usai mengurus perpanjangan SIM, saya ngopi bersama seorang kawan. Saya ceritakan padanya tentang kejadian semalam. Dia sudah tahu kondisi saya. Dia juga sudah pernah tahu bagaimana tubuh saya gemetar melawan panic attack saat salat Jumat. "Hahahaha....dasar lebay. Padahal ya itu biasa saja. Sudah tulis saja, biar bermanfaat bagi sesama penderita anxiety disorder. Dan terpenting jadi duit," enak saja kawan ini menertawakan cerita saya. (abi zidane)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.