Banjir Mulai Surut, Hujan Lebat Masih Mengancam Jatim

Baca Juga : Diundang ke Sampang, Cagub Risma Beri Solusi Atasi Banjir Tahunan

Portaltiga.com - Banjir yang menggenangi sejumlah daerah di Jawa Timur pada Kamis (7/3/2019), kini sudah mulai surut, tapi masyarakat tetap harus waspada karena masih ada potensi hujan lebat hampir di sebagian besar wilayah tersebut yang dapat memicu terjadinya banjir. Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya menyebutkan bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang berpotensi di sejumlah daerah di Jatim hingga dua hari kedepan, di antaranya Lumajang, Probolinggo, Situbondo dan Bondowoso. Selain itu, kondisi yang sama berpeluang terjadi di Malang, Pasuruan, Bangkalan, Madiun, Tulungagung, Trenggalek, Gresik, Sampang, Ngawi, Ponorogo, Blitar, Pacitan, Tuban dan Sumenep. Terkait dengan hal tersebut Perum Jasa Tirta (PJT) I Subdivisi Jasa ASA III/2 Madiun, Jawa Timur, meminta daerah hilir tetap waspada dalam menghadapi luapan Bengawan Solo, karena ketinggian air kembali naik, akibat pasokan air dari hulu. "Ketinggian air Bengawan Solo sempat turun, tapi sekarang naik lagi karena ada pasokan air dari Kali Madiun juga Jurug, Solo, Jawa Tengah, yang sempat masuk siaga merah sehari lalu," kata Muhammad Yudo Nugroho Petugas PJT I Subdivisi Jasa ASA III/2 Madiun di Madiun, Jumat (8/3/2019). Oleh karena itu, menurut dia, adanya tambahan pasokan air dari Kali Madiun dan air dari Jurug, Solo, Jawa Tengah itu, akan mempengaruhi kenaikan air Bengawan Solo secara signifikan di hilir Jawa Timur. Mengenai kewaspadaan dalam menghadapi ancaman banjir luapan Bengawan Solo dibenarkan Nadif Ulfia Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro yang menyebutkan Bengawan Solo di hilir memperoleh pasokan air dari Kali Madiun. "BPBD sudah menetapkan tanggap darurat banjir sejak beberapa hari lalu. Kewaspadaan tetap kita lakukan, sebab ada kiriman tambahan air dari hulu," ujarnya, seperti dilansir Antara. Data di BPBD setempat menyebutkan luapan Bengawan Solo dengan status siaga kuning merendam 48 desa yang tersebar di 10 kecamatan, antara lain, Kecamatan Kota, Kalitidu, Trucuk, Kanor dan Baureno. Di wilayah genangan banjir air merendam tanaman padi seluas 1.594 hektare, juga pemukiman warga, di antaranya, satu rumah warga di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, hanyut terbawa banjir. Perhitungan BPBD untuk kerugian akibat rusaknya areal pertanian, juga lainnya mencapai Rp1 miliar lebih. Data PJT I Subdivisi Jasa ASA III/3 Bojonegoro menyebutkan ketinggian air Bengawan Solo, di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari Kota Bojonegoro, merangkak naik menjadi 28,25 meter pukul 07.00 WIB. Ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko itu, karena memperoleh pasokan air dari hulu, juga hulu, Jawa Tengah, menjadi naik tajam dibandingkan sehari lalu yang hanya mencapai 27,44 meter. Begitu pula ketinggian air di TBS di Desa Ledokwetan, Kecamatan Kota, semula sudah berangsur-ansur turun menjadi 14,18 meter. Tapi kemudian naik menjadi 14,20 meter, padahal sebelumnya sempat mencapai 14,53 meter pada 7 Maret. Di hilirnya mulai Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamongan, pada waktu bersamaan status Bengawan Solo juga siaga dengan ketinggian air masing-masing 8,26 meter (merah), 5,65 meter (merah), 4,52 meter (merah) dan 2,21 meter ( kuning). "Sodetan Plangwot-Sedayu Lawas, Lamongan, berfungsi normal bisa mengalirkan debit air banjir Bengawan Solo ke laut sekitar 640 meter kubik per detik," kata Yudo menambahkan. (ant/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait
Berita Terpopuler
Berita Terbaru