Baca Juga : Mengintip Spek ROG Ally, Konsol Game Genggam Pertama Besutan Asus
Portaltiga.com - Siapa yang akan menyangka sih, kalau pertandingan Tetris yang terkesan sederhana bisa disulap menjadi pertandingan yang kompetitif. Walaupun belum bisa menyamakan dengan game esports yang sekarang ini, tetapi keseruan mereka tidak bisa dianggap remeh ditambah komentator yang membuat pertarungan semakin berlangsung seru dan panas seperti di The Classic Tetris World Cup 2018 (CTWC) kemarin. Karena sifatnya berulang dari Tetris yang kompetitif, para komentator terus-menerus menceritakan pola pikir pemain, menyoroti sejarah turnamen yang relevan, dan memberi informasi kepada penonton tentang keadaan "gambaran besar" pertandingan. Setiap komentator secara aktif mencari peluang untuk menambahkan makna dan kedalaman narasi ke permainan yang bersifat mekanis. Judul-judul esports modern jauh lebih kompleks daripada Tetris dan kenyataan ini dapat membuat sulit bagi beberapa komentator untuk menciptakan pengalaman menonton yang menyenangkan. Baik itu genre Battle Royale dalam menyoroti pertandingan kompetitif antara 60+ orang ataupun bergenre MOBA, masing-masing genre memiliki masalah unik. Hal terbesar yang bisa dipelajarin dari komentator Tetris adalah betapa tak ternilai faktor manusia ketika menciptakan sesuatu yang sederhana menjadi esport yang menghibur. Jadi, apa siap bertanding diajakin main Tetris? Tetris merupakan game retro yang dirilis pada bulan Juni tahun 1985 dalam platform NES (Nintendo Entertainment System). Game ini bertujuan memanipulasi tetromino yang jatuh, dengan mengerakannya ke samping atau memutarnya, jika terbentuk garis horizontal tanpa celah maka tetromino tersebut akan menghilang. Permainan akan berakhir apabila tetromino berikutnya terhalang sehingga tidak bisa masuk. (kotakgame/abi)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.