Baca Juga : Kreativitas Tanpa Batas di Milad SD Muhammadiyah 18 Surabaya
Portaltiga.com - "Dan untuk kita saudara-saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!" Bagian puncak pidato Bung Tomo ini terus menerus dikumandangkan dalam pertunjukan drama pertempuran Surabaya 10 November 1945 oleh siswa SD Muhammadiyah 18 Surabaya yang duduk di bangku kelas 6, pada hari Jumat (9/11/2018) yang bertempat di halaman sekolah. Pada pagi hari, seluruh siswa-siswi SD Muhammadiyah 18 Surabaya serentak memakai busana dan atribut lengkap bertema pahlawan. Ada beragam atribut pahlawan yang dikenakan. Ada TNI, Dokter, Guru, Pilot, Petani, Kartini, bahkan ada yang berpenampilan seperti Bung Tomo. Mereka berkumpul di halaman sekolah. Siswa kelas 1-2 berkeliling di area yang jaraknya dekat dengan sekolah, sedangkan siswa kelas 3-6 mengambil rute berbeda dengan jarak yang cukup jauh dari sekolah sambil diiringi musik dari marching band lalu bergembira mengibarkan bendera merah putih dan berteriak "Merdeka atau mati!". Beragam lomba dan hiburan dipersembahkan untuk mengisi kegiatan peringatan hari pahlawan. Salah satunya dengan tetap mempertajam Literasi melalui panggung dongeng (puppet show) yang bercerita tentang peringatan hari pahlawan yang ditampilkan oleh guru-guru kelas 1 dan 2 di halaman sekolah. Setibanya rombongan siswa kelas 3-6 di halaman sekolah. Mereka beristirahat sejenak. Kemudian, dilanjutkan dengan aksi drama pertunjukan dari kelas 6 yang bertema tentang "Pertempuran Surabaya 10 November 1945". Berbagai properti telah disiapkan. Musik yang berdenting hingga suasana tepuh tangan yang riuh dari siswa-siswi yang duduk bergerombol. Mereka antusias menyaksikan pertunjukan ini. Cahyo Iswahyudi, S. Pd selaku kepala sekolah menuturkan bahwasannya pertunjukan ini penuh dengan semangat yang luar biasa. Siswa yang berperan sebagai Bung Tomo, dengan pidatonya membakar semangat siswa siswi pada saat itu, serta siswa yang berperan sebagai tokoh pahlawan Hariyono, Soedirman dan Koesno Wibowo. "Ketiga tokoh yang berhasil memanjat tiang bendera, menurunkan bendera Belanda dan merobek warna birunya kemudian menggereknya ke puncak tiang bendera tampak sangat nyata dan dramatis dipersembahkan oleh siswa-siswi kami," lanjutnya. Tidak hanya itu, hal penting lainnya yang berhasil membawa suasana menjadi dramatis adalah saat pembacaan sebuah puisi untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah mampu berjuang memerdekakan Indonesia. "Apresiasi yang luar biasa juga diberikan kepada siswa-siswi yang telah mampu memerankan tokoh-tokoh pahlawan nasional dengan usaha dan kerja keras yang luar biasa. Properti yang dengan matang disiapkan, serta penghayatan yang mampu membuat seluruh orang yang melihat tidak berhenti merasa bangga dan kagum. Kami panitia pun memberikan sertifikat sekaligus hadiah untuk mereka" ujar Uswatun Khasanah, S. Pd selaku ketua pelaksana kegiatan Hari Pahlawan. (mitha/abi)Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.