Jelang Hari Anak Nasional, Ini Surat Cinta Dari Anak Indonesia Untuk Presiden Jokowi

Baca Juga : Ini Pesan Wakil Ketua DPRD Jatim Anik Maslachah di Hari Anak Nasional 2024

Portaltiga.com - Menjelang puncak acara Hari Anak Nasional (HAN) 2018 di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Presiden Jokowi dijadwalkan akan mendengarkan secara langsung hasil diskusi FAN (Forum Anak Nasional) di hotel Singgasana Surabaya, Sabtu (21/7/18) kemarin yang terkristal dalam Suara Anak Indonesia 2018 yang akan dibacakan pada 23 Juli mendatang. FAN 2018 yang mempertemukan perwakilan seluruh anak Indonesia di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur hari ini mendiskusikan sejumlah topik aktual terkait isu-isu pemenuhan hak dan perlindungan anak. Sejumlah isu yang mengemuka yakni pernikahan usia anak, bullying, radikalisme, terorisme, dan anti toleransi. Rahmalia Puteri, salah satu perwakilan dari Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur, mengungkapkan, ia bersama teman-temannya mengangkat isu pernikahan usia anak yang akan disampaikan kepada Presiden Jokowi. Menurut kami, di Provinsi Jawa Timur masih terjadi pernikahan usia anak. Dalam pertemuan FAN 2018, kami mencoba menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Kami berharap melalui forum ini, kami dapat menyusun Suara Anak Indonesia agar nantinya dapat direalisasikan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, ujar Rahmalia. Rahmalia menilai berbagai permasalahan yang dialami anak-anak membutuhkan komitmen bersama dari seluruh pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan di negeri ini. Oleh karena itu, Rahmalia mengungkapkan harapannya agar Presiden RI, Joko Widodo mau membaca surat cinta mereka. Sementara itu, perwakilan dari Sorong, Papua Barat, Christin Chatrin Nebore (15 tahun) mengatakan ia bersama teman-temannya membahas isu radikalisme, terorisme, dan anti toleransi. Ia merasa prihatin dengan anak-anak yang dilibatkan dalam melakukan aksi tersebut. Menurut kami, anak-anak pun bisa mengambil peran aktif dalam memerangi aksi-aksi radikalisme, terorisme, dan anti tolerasi. Pertama, lakukan pendekatan dari diri sendiri. Tanamkan rasa nasionalisme, toleransi, dan solidaritas dalam diri. Anak-anak harus bisa menyaring informasi dan jangan terpengaruh provokasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, papar Christin. Christin menambahkan setelah dimulai dari diri sendiri, dilanjutkan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di sekolah, anak-anak bisa bekerjasama dengan organisasi yang ada di sekolah, seperti dewan guru, komite sekolah, guru Bimbingan dan Konseling (BK). Sementara di lingkungan masyarakat, anak-anak bisa bekerjasama dengan lembaga organisasi masyarakat yang berkaitan dengan lembaga pendidikan. Tentunya hal ini harus mendapat dukungan dari orang tua. Intinya adalah tanamkan rasa nasionalisme di kalangan anak-anak. Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya meningkatkan efektivitas program Bela Negara di sekolah, pelaksanaan upacara bendera, paskibraka, dan menyelenggarakan kegiatan kebudayaan yang melibatkan generasi muda. Saat ini, banyak anak Indonesia yang lebih mencintai budaya asing dibandingkan budayanya sendiri. Untuk itu, sangat penting untuk memperkenalkan dan membudayakan bahasa, tarian, dan lagu-lagu daerah kepada anak-anak, tutup Christin. (fey/tea)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait
Berita Terpopuler
Berita Terbaru