Baca Juga : Pastikan Stok Bahan Pokok Aman di Pasar Baru Gresik, Khofifah Panen Dukungan dan Doa
Penulis: Didik Mukrianto Menjelang sisa waktu menuju tanggal 27 Juni 2018 sebagai puncak ajang pertarungan pilkada, kita memang harus waspada dengan manuver-manuver yang tidak sehat dalam berdemokrasi. Dalam konteks situasi dan kondisi Politik Indonesia yang syarat dengan munculnya budaya politik yang tidak sehat dengan segudang isu bojong dan menyudutkan, serta penggunaan kekuasaan yang tidak sehat untuk menjegal dan membunuh lawan politik rupanya untuk sebagian orang yang tidak bertanggung jawab dijadikan senjata ampun untuk menghancurkan lawan politiknya. Tentu politik demikian, yang hanya mengejar kekuasaan melalui cara-cara yang tidak beradab dengan mengatasnamakan hukum dan demokrasi, akan bisa dipastikan menjadi mesin penghancur demokrasi dan meluluhtantakkan sendi-sendi politik kebangsaan kita yang semestinya kita jaga fairnessnya, kita jaga demokratisnya menjaga hak-hak rakyat dalam menggunakan hak politiknya. Dalam konteks yang sempit menjelang pencoblosan tanggal 27 Juni 2018, tidak bisa dibantah akan maraknya dugaan penggunaan politik kotor seperti yang dituduhkan terhadap Paslon Khofifah-Emil Dardak. Upaya tersebut, dalam pemahaman pihak-pihak tertentu dilakukan karena : 1. Tingkat kepanikan yang tinggi karena jagonya berpotensi kalah dan tidak bisa lagi secara rasional di tingkatkan. 2. Bisa jadi juga upaya tersebut ditujukan untuk membunuh karakter para pendukung termasuk para parpol pendukung Paslon Khofifah-Emil yang semakin solid membangun koalisi dan mendapat kepercayaan rakyat. 3. Bisa saja di sisi lain, karena banyaknya tokoh, kepala daerah yang diusung parpol pengusung paslon lain yang terseret persoalan hukum dan ditangkap KPK juga cukup banyak. Saya yakin ini juga menjadi faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan keyakinan masyarakat jatim berpindah ke Khofifah-Emil. Masyarakat Jatim sangat paham dan tahu bahwa Khofifah-Emil adalah Paslon Gubernur dan Wakil Gunernur yang berintegritas, punya dedikasi, komitmen, bersih dan amanah. Faktor itulah yang saya duga, ada pihak-pihak tertentu yang ingin mencoba mencari peruntungan dengan cara kotor. 4. Bisa jadi, itu cara tradisional yang coba-coba mencari peruntungan dengan cara kotor untuk menang. Tentu pihak yang menggunakan cara seperti itu, saya bisa memastikan akan mendapat punishment dari rakyat. Bagaimana mungkin calon pemimpin yang akan menggunakan kekuasaannya untuk berbuat zdholim. Sangat mengenaskan dan bahaya kalau itu terjadi. 5. Bisa juga, cara-cara demikian untuk menutup aib karena sudah terendus atau ketahuan Masyarakat Jawa Timur, sudah paham akan semua peta dan pertarungan yang tidak sehat dan dengan cara-cara kotor tidak tertutup akan dilakukan untuk menjegal Khofifah-Emil. Alhamdulillah, sejak awal rakyat dan pendukung Khofifah-Emil sudah aware akan itu. Jadi kalau ada berita-berita seperti itu sudah tidak mengagetkan lagi. Menurut saya itu cara-cara kacangan, cara kuno dalam berdemokrasi dan tidak akan mungkin termakan. Biar mereka hancur dengan energi negatif yang mereka bangun sendiri. Masyarakat juga sangat tahu bahwa Khofifah-Emil adalah Paslon yang amanah, jujur, bersih dan dekat dengan rakyat. Tidak akan ada yang ditakutkan dan dihindari karena sejuta persen laporan yang disampaikan tersebut tidak mengandung kebenaran. Mari terus bekerja, masyarakat Jawa Timur sudah memberikan kepercayaannya kepada Khofifah-Emil untuk menang sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Tahun 2018 ini. Selamat datang Gubernur dan Wakil Gubernur Baru untuk Jawa Timur. Tanggal 27 Juni 2018 nanti, kita punya Gubernur-Wakil Gunernur Baru Bu Khofifah dan Emil Dardak. Penulis adalah Sekretaris FPD DPR RIIkuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.