Portaltiga.com - Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Rabu (18/10) di kantor DPP PDI-P Jakarta, secara resmi telah mengumumkan Prof. Dr. Mahfud MD sebagai Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) pendamping Capres Ganjar Pranowo untuk Pemilu 2024 mendatang.
Langkah Megawati yang akhirnya memutuskan untuk memilih Mahfud MD, yang saat ini masih menjabat sebagai Menkopolhukam pada pemerintahan Presiden Jokowi ini, dapat dinilai sebagai langkah objektif, strategis dan berani.
Keputusan objektif, karena Mahfud MD yang selama disebut-sebut sebagai salah satu tokoh yang layak menjadi salah satu cawapres di Indonesia.
Sejauh ini berdasarkan rilis hasil survei berbagai lembaga survei nasional maupun lokal, secara konsisiten menunjukkan tingkat elektabilitas yang relatif tinggi.
Bahkan di Jawa Timur angka elektabilitas Mahfud MD membubuhkan tren selalu tak terkejar sebagai Cawapres most favorite bagi warga Jawa Timur.
Di samping itu, Mahfud MD dalam persepsi publik adalah representasi kuat dari pemilih Jawa Timur dan segmen pemilih Nahdliyin (NU) serta kelompok pemilih Gus Durian.
Sehingga, dengan 3 fakta ini Mahfud MD diharapkan dapat menutup kekurangan elektoral Ganjar Pranowo di Jawa Timur, yang dianggap sebagai wilayah pertarungan terpenting (battle ground) dalam kontestasi Pilpres 2024 nanti.
Keputusan strategis, Megawati memahami betul bahwa saat ini Mahfud MD adalah salah satu tokoh nasional yang punya kapasitas untuk diterima oleh semua pihak dan semua kalangan, dengan berbagai latar belakang demografis. Mahfud MD dikenal sebagai tokoh lintas dalam banyak hal.
Tokoh lintas ideologi, tokoh lintas agama, tokoh lintas generasi, lintas pendidikan dan tokoh lintas kelompok. Sehingga secara strategis, dalam rangka kontestasi Pilpres 2024 nanti akan lebih mudah bagi PDI-P dan koalisinya untuk menghadirkan dan mengkampanyekan sosok Mahfud MD pada semua segmen pemilih, dimana saja dan kapan saja.
Mahfud MD adalah sosok yang kuat pada jaringan elit, kelas menengah dan intelektual namun juga sangat populer di masyarakat akar rumput. Bahkan di kalangan pemilih milenial sekalipun, Mahfud MD sangat populer karena keberaniannya selama ini dalam menyuarakan disparitas sosial di Indonesia, anti korupsi dan keadilan hukum.
Baca Juga : PDIP Anggap Hasil Risma - Gus Hans di Pilgub Jatim Menggemberikan
Sementara yang kurang bisa menerima Mahfud MD mungkin hanya politisi dan pejabat korup serta konglomerat nakal.
Keputusan berani, sebab sebagian publik menilai bahwa selama ini salah satu kekurangan Mahfud MD yang menghambat dirinya untuk melaju sebagai salah satu cawapres adalah fakta bahwa Mahfud MD adalah bukan kader salah satu partai dan dianggap tidak memiliki “logistik” yang cukup untuk membiayai ongkos kontestasi Pilpres.
Megawati dengan percaya diri menabrak anggapan ini dan sebaliknya justru merubah kekurangan ini menjadi kelebihan.
Posisi Mahfud MD yang tidak berpartai dan minim logistik justru akan menempatkannya pada posisi yang independen dan tidak tersandera oleh titipan kepentingan pihak manapun baik kepentingan parpol maupun pemodal.
Baca Juga : PDIP Menang di 21 Pilkada se-Jatim, Untari: Jalankan Amanah Besar Penuh Tanggung Jawab
Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa Mahfud MD dapat dikategorikan sebagai tokoh hebat yang dipilih semata-mata karena pertimbangan rekam jejak kapasitas, kapabilitas, dan integritas yang telah teruji, bukan karena pertimbangan lobby partai dan kecukupan logistik pemilu.
Dalam ekosistem politik nasional Mahfud MD adalah fenomena. Tokoh yang tidak dengan sengaja bersusah payah membentuk citra diri (self image) dengan framing opini, namun citra tersebut melekat dengan sendirinya seiring dengan kiprah dan sepak terjangnya.
Tokoh yang sejak era reformasi sering menjadi pilihan untuk menduduki kursi menteri meskipun presidennya berganti. Tokoh yang dalam gelaran Pemilu 2019 yang lalu juga disebut sebagai kandidat terkuat cawapres bagi Jokowi, namun terganjal pada detik-detik akhir penentuan karena lobby politik.
Tokoh yang pernah menjadi ketua tim pemenangan salah satu capres, yang pada kesempatan pertama dengan legawa dan gentleman langsung mengakui kekalahan saat capresnya kalah.
Tokoh yang mewarnai terang redup politik nasional dengan karakter berani dan kelugasannya sehingga Pilpres 2024 nanti adalah ladang pembuktian bagi dirinya dan bagi kualitas demokrasi di Indonesia. Menarik untuk kita tunggu.
Penulis: Ikhsan Rosidi. Pengamat Politik dan Peneliti Senior pada Surabaya Survey Center (SSC).
Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.