Sanggar Lidi Surabaya Suguhkan Gayatri, Kajian Masa Lalu untuk Masa Depan

Portaltiga.com - Pertunjukan teater berjudul "Gayatri" bakal dipentaskan oleh Sanggar Lidi Surabaya di Gedung Kesenian Cak Durasim mulai 18-20 Oktober 2022.

Pementasan itu pun juga sebagai perayaan satu dekade Sanggar Lidi Surabaya yang mengusung tema "Dharma Seni Untuk Negeri V". Selain pertunjukan teater, pentas musik tiga komposer juga dihadirkan dalam pertunjukan "Gayatriā€¯ karya Totenk MT Rusmawan.

Totenk yang menyutradarai Naskah Gayatri ini menjelaskan, pementasan gayatri ini sebuah naskah yang diadaptasi dari buku karya Earl Drake. Ia mencoba memahami apa yang ada dalam kerangka berpikir Earl Drake sehingga memutuskan karya itu sebuah novel, bukan buku sejarah.

"Tetapi, dari beberapa yang coba saya temukan, buku kaitan sejarah seperti Kertagama yang juga diterjemahkan dalam bahasa indonesia itupun banyak perbedaan," katanya saat konferensi pers di Gedung Kesenian Cak Durasim, Selasa (18/10/2022) kemarin.

Pria yang pernah aktif di Bengkel Teater Rendra ini menyebut bahwa pertunjukan teater berjudul Gayatri ini sebuah edukasi bagi masyarakat. Menurut dia, Gayatri merupakan sosok perempuan yang secara pendidikan dari kecil diasuh dan diajak berdialektika langsung oleh ayahnya yaitu Kertanegara raja Singasari.

"Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah pemahaman akademis cita-cita menyatukan nusantara seolah-olah terpatri kepada Sumpah Palapa yang dikumandangkan oleh Gajah Mada," terangnya.

"Tetapi, kami mencoba menegaskan kembali bahwa Kertanegara adalah sosok raja yang berupaya menciptakan kedamaian disela sebelumnya ada pertikaian yang nyaris tidak henti antara Tunggul Ametung dan Ken Arok dari sosok keberadaan Ken Dedes," imbuhnya.

Totenk melanjutkan, dua keluarga itu tidak pernah berhenti bertikai bahkan berbagai kerajaan hancur hingga Singasari mencapai kejayaan di era Kertanegara.

"Cita-cita luhur beliaulah yang ingin menyatukan sebuah konfederasi dari berbagai kerajaan tanpa harus menjadikan tatanan baru," ujarnya.

Jadi, lanjut Totenk, Kertanegara adalah sosok setelah Airlangga yang berupaya menciptakan tata negara. Abad-12 di Indonesia pun sudah memiliki tata negara yang diciptakan Kertanegara. Hal itulah yang diajarkan kepada Gayatri.

"Sejak kecil Gayatri disibukkan belajar banyak hal tentang kitab suci, tentang pewayangan dan berbagai kajian-kajian lain. Sehingga antusiasme seorang anak kecil bernama Gayatri itu oleh ayahnya didukung dengan didtangkan dari berbagai pendidik yang dianggap ahli. Sehingga ia tumbuh dengan kekuatan-kekuatan alami," bebernya.

Baca Juga : Agenda Hiburan Akhir Pekan 14-15 Oktober 2023 di Surabaya

Totenk menegaskan bahwa Gayatri-lah yang memulai tatanan kepemerintahan yang akhirnya dianut oleh Kerajaan Majapahit.

Dari ulasannya itu, Totenk menggarisbawahi bahwa kebesaran Majapahit yang dipahami dirasa akarnya yang membuat kebesaran itu hadir.

Ia pun mempercayai bahwa Majapahit mampu tumbuh hingga saat ini dalam tatanan sejarah yang sudah lewat. Akan tetapi, gagasannya tidak pernah pergi yaitu memiliki akar yang kuat. Kenapa, kata dia, karena dibangun oleh sosok salah satunya adalah tokoh yang sejak dini peduli pendidikan, peduli kemanusiaan dan mampu berpikir jauh yaitu Gayatri.

"Teater mungkin hanya sebuah media saja. Tetapi lebih daripada itu, kita bangsa yang mungkin menjadi angkatan pongah, angkatan yang lebih cenderung lupa atas kehadiran kita tidak akan pernah tumbuh tanpa kehadiran orang lain," jelasnya.

Baca Juga : Semangat Berproses, Teater Gapus Eksis di Gresik

"Pertunjukan Gayatri adalah sebuah Kajian masa lalu, untuk bekal masa depan, untuk perdamaian Masa Kini," ujar Totenk.

Cerita Gayatri, kata Totenk akan memberikan pemahaman kepada khalayak tentang sejarah kerajaan besar yang pernah berdiri di Nusantara ini.

Pada kesempatan sama, pemeran utama Gayatri, Fujika Senna Oktavia mengaku bahwa Gayatri ini adalah pementasan terbesar baginya. "Karena belum saya bayangkan pentas sebesar ini. Bagi saya, proses menuju pementasan itu bagi saya itulah teater, ketika di panggung kata sutradara sudah tidak ada perdebatan," ujarnya.

Bagi Fujika, menjadi pemain teater adalah sebuah ibadah. "Teater bagi saya adalah ibadah karena menghibur semua orang," pungkas perempuan asal Lamongan ini.

Sementara, Dodot Priambodo, Pembina Sanggar LIDI Surabaya yang juga putra Wiek Herwiyatmo ini mengatakan bahwa kesenian itu merupakan tatanan dan tuntunan, bukan hanya sekadar tontonan. Dengan naskah Gayatri ini, kata dia, merupakan naskah yang menarik karena bagian dari edukasi masyarakat.

"Ini adalah upaya kami, Sanggar Lidi Surabaya untuk kemudian bagaimana kita berupaya menemukan kebenaran-kebenaran itu. Pointnya memang Gayatri adalah sosok yang luar biasa. Kita tidak mengenal beliau secara utuh, karena memang didalam beberapa buku referensi yang mengisahkan tentang Majapahit sangat sedikit sekali yang mengisahkan tentang gayatri. Gayatri adalah sosok dibalik kejayaan majapahit," tutupnya. (gbs/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait
Berita Terpopuler
Berita Terbaru