Headline

Tanpa Musik, Emil Dardak Bisa Senewen

Baca Juga : Dokter Agung Gelar Bukber KAHMI Jatim, Emil Dardak Dukung Meritokrasi

Portaltiga.com - Emil Elestianto Dardak yang saat ini menjabat Wakil Gubernur Jatim, dulunya adalah seorang musisi dan sangat menggemari musik jazz. Ia sempat melakukan rekaman dan mengeluarkan album yang bertajuk "Sesaat Kau Hadir". Dalam album tersebut, terdapat beberapa lagu karangan Emil sendiri yang salah satu singlenya berjudul "Pertama". Emil menceritakan darimana passion bermusiknya itu berasal. Ia mengakui bahwa kesukaannya dalam musik berasal dari 'iklim' keluarga yang juga menjadikan bermusik sebagai kegiatan rutin. "Musik itu dalam keluarga saya bukan sekadar menyempatkan diri aja, tapi jadi life balance juga. Musik itu sesuatu yang patut kita syukuri karena melodinya itu sebuah anugerah yang besar," kata Emil, seperti dilansir suarasurabaya.net. Sejak usia 3 tahun, ia oleh keluarga sudah diperkenalkan dengan musik lewat lagunya The Platters berjudul Only You. Bahkan ia sudah mengidolakan Michael Jackson dan menirukan gaya menarinya sejak usia 4-5 tahun melalui lagu Bad dan Thriller. Emil mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh dengan penyanyi yang akrab disapa Jacko tersebut. Beranjak di usia 8 tahun, Emil telah mahir memainkan piano dan sering mengiringi acara menyanyi di pertemuan keluarga. Namun semakin dewasa dan terbuka dengan beragam musik, Emil baru menyadari bahwa ia lebih menyukai lagu bernuansa jazz. "Waktu kecil saya tertarik dengan lagu yang chord atau melodinya punya pola-pola tertentu, saya akhirnya menyadari itu identik dengan jazz, harmoninya sweet tapi juga progresif," ujarnya. Sayangnya di tengah perjalan, ia harus meninggalkan karir bermusiknya karena terpilih dari Plt Dirut sebuah bank infrastruktur. Sejak itu, meski tidak lagi tergabung dalam grup musik, Emil masih sering menyanyi dan memainkan sendiri alat musik seperti piano dan gitar di kala senggang. Apalagi statusnya saat ini yang menjadi orang nomor dua di Jawa Timur, ia mengakui bahwa kegiatan bermusiknya semakin berkurang. Namun hal itu tidak membuatnya semakin jauh dengan passion yang dimiliki. Malah, ia membuat musik sebagai cara mengaktulisasi diri dengan masyarakat. "Kalau disuruh memilih, saya pilih jadi abdi masyarakat seperti sekarang. Tapi tidak kebayang kalau tidak bermusik sama sekali, bisa kayak apa senewen-nya (bingung)," kata Emil. Musik Jazz Saat Ini di Mata Emil Menyoroti perkembangan musik jazz saat ini, ia melihat banyak musik yang dijuluki jazzy untuk menyebut musik mainstream yang bernuansa jazz. Menurutnya, adanya 'penghalusan' musik jazz ke musik mainstream tidak lain agar musik jazz lebih bisa dinikmati semua kalangan. "Ada yang bilang, maaf, 'haram' hukumnya menahan chord lebih dari beberapa bar, harus ganti terus karena sifat progresifnya. Makanya ada smooth jazz yang didorong beberapa musisi yang blending (campur) jazz hardcore dengan sesuatu yang easy listening," katanya. Menurut Emil, sebenarnya musik jazz bukan hal baru. Pada era 70-80an misalnya, lebih banyak musik pop bernuansa jazz yang menjadi musik mainstream pada saat itu. Sedangkan di masa sekarang, Emil menyebut penyanyi Tulus yang membuat musik mainstream tapi juga mengandung unsur jazz. "Kalau sekarang ini Tulus ya, tapi bisa lebih dinikmati karena masuk ranah musik mainstream. Makanya muncul istilah jazzy, jazz tapi kurang 'istiqomah' dinamakan jazz," ujarnya. Ia tidak ingin jika musik jazz terkesan eksklusif dan dianggap dapat mencabut akar kebudayaan di Indonesia. Apalagi mengingat pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, W.R Soepratman, adalah seorang musisi yang juga menyukai jazz. Sehingga, menurutnya Emil, jazz adalah satu bentuk aktualisasi teknik bermusik, yang bisa dimainkan lintas genre. (ssn/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait