Umum

Pakde Karwo: Politik Kesehatan Harus Berubah Jadi Promotif Preventif

Portaltiga.com - Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan politik kesehatan harus berubah menjadi promotif preventif. Apalagi politik kesehatan ini sudah dilakukan sejak jaman maraknya penyakit malaria. Namun pada jaman reformasi hingga kini politik kesehatan promotif preventif hilang semua. Hal tersebut disampaikan Soekarwo saat menghadiri Rakernas Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Seminar Nasional Muhammadiyah Membangun Kesehatan Bangsa di Hotel Santika, Surabaya, Rabu (7/3/2018). Menurutnya, kebijakan kesehatan promotif preventif sangat bermanfaat untuk mengurangi belanja kesehatan yang kuratif. Karena itu, sekarang harus digalakkan lagi policy kesehatan promotif preventif seperti memberikan penyuluhan mengenai gaya hidup sehat bisa kepada masyarakat di desa. Jika public policy di kesehatan hanya untuk kuratif maka anggaran kesehatan akan jebol. Kalau pola kuratif dijalankan terus, seberapa besar BPJS pun tidak bisa membiayai. Apalagi public policy ini tidak sinkron dengan pola hidup yang ada, ujarnya sambil mencontohkan keberhasilan promotif preventif Kota Mojokerto yang sudah sembilan tahun ini tidak ada demam berdarah. Dijelaskan, salah satu cara penerapan promotif preventif dapat dilakukan dengan menyisihkan Rp 100 juta untuk tenaga paramedis dari total anggaran belanja kesehatan sebanyak Rp 300 juta di Puskesmas. "Dengan demikian tenaga paramedis bisa memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai hidup sehat," tandasnya. Melihat pentingnya promotif preventif, lanjutnya, maka Jatim menjadikannya sebagai andalan pembangunan kesehatan, sekaligus menjadi fokus utama penguatan aksesibilitas kesehatan. Dengan mengedepankan pelayanan promotif dan preventif, pelayanan kesehatan di Jatim dapat cepat dalam menangani penyakit yang saat ini sedang dialami oleh masyarakat. Oleh sebab itu, pihaknya terus membangun berbagai akses kesehatan di seluruh desa/kelurahan dengan membangun Pondok Bersalin Desa (Polindes), Pondok Kesehatan Desa/Ponkesdes, Pustu Gawat Darurat, Puskesmas Rawat Inap Standar, dan Rawat Inap Plus, serta fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya. "Di desa harus ada fungsi paramedis sebanyak dua orang, ditambah satu orang. Di Polindes ditambah dua perawat sebagai langkah promotif preventif," tambah Pakde Karwo, sapaan akrabnya. Secara khusus, Pakde Karwo mengapresiasi Muhammadiyah telah ikut berperan aktif dalam menangani kesehatan dan pendidikan di Jatim. Bahkan Muhammadiyah telah memiliki 30 rumah sakit yang dapat melayani masyarakat di Jatim. Sumbangannya banyak sekali dari Muhammadiyah. Ada 30 rumah sakit di Jatim. Apalagi timnya turun untum menjelaskan kepada masyarakat, tandasnya. (bmw/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait