Politika

Difitnah di Medsos, Ini Tanggapan Kiai Asep

Baca Juga : PKS Jatim Wait and See Soal Paslon di Pilgub 2024

Portaltiga.com - Sebagai tokoh penggerak kiai-kiai pendukung Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak, Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, merasa mulai jadi sasaran fitnah. Ini terutama setelah ia jadi tuan rumah halaqah 300 ulama, kiai, habaib, masyayikh NU yang kemudian melahirkan seruan fatwa fardlu ain mendukung Khofifah-Emil. Namun pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto ini tampak tenang. Kok sempat-sempatnya pada bulan suci Ramadhan ada orang menebar provokasi dan fitnah lewat media sosial, kata Kiai Asep Saifuddin Chalim, Selasa malam (5/6/2018). Apa bentuk fitnahnya, kiai? Beredar stiker bergambar Kiai Asep disertai pernyataan cukup provokatif: KYAI SEPUH YANG DUKUNG GUS IPUL & MBAK PUTI PENGKHIANAT ALLOH & ROSUL. Di stiker itu juga ada tulisan: Orang yang menyarankan memilih Gus Ipul itu tidak boleh diikuti sebab mereka sudah berkhianat kepada Allah dan Rasulnya. Padahal saya tak pernah mengucapkan itu, apalagi membikin stiker. Dalam pidato-pidato saya juga tak pernah saya menyatakan seperti itu, kata Kiai Asep. Kalau mengutip Hadits memang ya. Sebab Hadits yang saya kutip itu rasional. Karena inti Hadits itu menekankan agar kita memilih pemimpin yang lebih baik, lebih mampu, lebih berkuliatas dan lebih paham al-Quran dan Hadits. Kan wajar saya menyarankan masyarakat memilih calon yang lebih berkualitas dan lebih paham agama. Masak saya mau menyarankan memilih pemimpin yang gak berkualitas dan gak paham agama, tambahnya. Uniknya, di bagian bawah stiker itu tertulis: KH Asef Saifuddin Chalim, Pengasuh PP Amanatul Umat Pacet, Mojokerto. Stiker itu dikesankan seolah-olah dibuat oleh Kiai Asep atau tim Khofifah-Emil. Padahal jika dicermati ada dua kejanggalan dan kesalahan fatal. Pertama, masak nama saya ditulis KH Asef, pakai F. Nama saya kan pakai P, Asep, kata Ketua Umum Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) itu sembari tersenyum. Saya gak nuduh siapa-siapa. Tapi dari segi penulisan nama itu saja sudah jelas bukan dari saya atau tim Bu Khofifah, kata Kiai Asep. Lagi-lagi kiai fasih bahasa Arab dan Inggris itu tersenyum. Kejanggalan kedua, tutur Kiai Asep, nama pesantren yang diasuhnya. Nama pesantren saya kan Amanatul Ummah, bukan Amanatul Umat. Jadi pakai akhiran H, bukan T, dan M-nya dua, bukan satu, kata Kiai Asep yang Mustasyar PCNU Kota Surabaya itu. Jadi jelas sekali bahwa pembuat stiker itu dari pihak yang punya niat jelek dan kampanye negatif. Tapi gak papa. Mungkin lagi panik atau gimana. Tapi saya bersyukur, karena meski saya difitnah tapi Allah SWT langsung menunjukkan bahwa si pembuat stiker itu ternyata melakukan kesalahan sehingga ketahuan kalau ini bukan dari saya tapi bagian dari kampanye negatif, katanya. Sebagai kiai NU Kiai Asep merasa bahwa orang yang menfitnah itu tak paham kultur dan akhlak NU. Jelek-jelek begini saya kan anak pendiri NU. Jadi kalau yang bikin stiker itu paham kultur NU dan punya akhlak NU tak mungkin mengadu sesama kiai seperti itu, tegas putera KH Abdul Chalim, salah satu kiai pendiri NU itu. Kiai Abdul Chalim adalah komunikator NU yang juga bertugas membuat dan mengantarkan surat dan mengurus administrasi saat proses pendirian NU. Kiai Abdul Chalim yang teman akrab KH Abdul Wahab Hasbullah itu juga dipercaya sebagai Naibul Katib (Katib Tsani) Syuriyah PBNU pertama. Sedang Kiai Abdul Wahab Hasbullah Katib Awal Syuriyah PBNU. Menurut Kiai Asep, kalau ada yang tak bisa menerima hasil halaqah kiai NU, sebaiknya digelar dialog terbuka secara positif. Kiai Afifuddin Muhajir kan sudah siap untuk dialog terbuka secara positif dan sehat. Kita pelihara tradisi keilmuan NU yang terbiasa dengan bahtsul masail, pintanya. Sementara KH Muchlis Muhsin mengatakan, selama mendampingi Kiai Asep tak pernah mendengar pernyataan seperti yang tertulis pada stiker itu. Sudah jelas sekali itu rekayasa dan provokatif, kata pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Modung Kwanyar Bangkalan Madura itu. Rekayasa kok terlalu vulgar dan kasar. Puasa-puasa mengadu domba kiai. Yang bikin stiker itu pasti bukan dari kelompok NU. Yah, kita tahulah, tambahnya. Bahkan, menurut Kiai Muchlis, dalam stiker itu disebut Gus Ipul dan Mbak Puti. "Kalau kami biasanya menyebut Puti aja, gak pakai Mbak. Jadi kalau dalam stiker itu disebut Mbak Puti, kita tahulah siapa yang membuat," jelasnya.(boc/abi)

Ikuti update berbagai berita pilihan dan terkini dari portaltiga.com di Google News.

Berita Terkait